Oleh. Gresela Titiahy*

“Dengan wajah bersemangat, anak-anak meraih kursi dan duduk sambil membaca buku cerita”

Setiap akhir pekan adalah jadwal taman baca kami melayani para pengunjung. Sabtu (22/5), setelah membersihkan perpustakaan, kami dikejutkan oleh suara celoteh anak-anak. Rupanya mereka adalah siswa-siswi kelas empat dari SD Negeri 19 Kampung Baru, Kota Sorong. Untuk datang ke sini, mereka naik angkot bersama gurunya, yaitu Ibu Tasya. Begitu tiba di taman baca, dengan wajah bersemangat mereka meraih kursi dan duduk sambil bercengkrama satu sama lain.

Setelah nyaman duduk di kursi masing-masing, kami pun mulai berkenalan dengan mereka. Satu per satu anak mengenalkan diri dan memberi tahu namanya. Saat sesi berkenalan, anak-anak merespon perkenalan temannya, terkadang dengan celetukan lucu yang membuat tertawa kita semua.

Anak-anak selalu riang gembira, jadi hal itu membuat saya senyum-senyum saja melihat tingkah mereka yang lucu. Lalu, Kak Alin Burdam dan saya memperkenalkan diri  kepada anak-anak serta menceritakan taman baca masyarakat yang mereka datangi, yang bernama PinjamPustaka.

Setelah berkenalan, saya mengenalkan buku-buku anak kepada mereka. Mereka semua kagum melihat berbagai macam buku yang menarik. Salah satu buku yang paling menarik perhatian mereka adalah pop-up book. Di Pinjam Pustaka, kami mengoleksi 1000 lebih buku bacaan anak bergambar, beragam jenis sehingga kebutuhan anak-anak akan bacaan yang sesuai dengan mereka, dapat kami hadirkan. Termasuk buku untuk balita, board book, pop up book, juga buku-buku bacaan berjenjang.

Saat saya menunjukkan pop-up book hewan, mereka sangat takjub. Ada yang bilang “Wih, bagus apa, keren apa lagi.” Lainnya bersorak-sorak. Setelah menunjukkan pop-up book, mereka langsung menyerbu buku-buku lainnya dan berlomba-lomba membaca buku-buku yang ada di perpustakaan.

Sembari melihat mereka membaca, saya berbincang-bincang dengan wali kelas mereka, Ibu Tasya. Ternyata Bu Tasya adalah alumni dari kampus di mana saya sedang kuliah, yaitu Universitas Victory Sorong. Dia mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, sedangkan saya sedang mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.

Ternyata anak-anak suka dengan buku bacaan bergambar yang menarik. Apalagi, seperti yang ada di sini, ada banyak buku bacaan yang tersedia dan membuktikan bahwa anak-anak suka membaca dan membaca merupakan hal yang menyenangkan.

Kemudian, Kak Dayu datang dan bertanya kepada anak-anak “Sudah saling kenal belum?” Mereka semua menjawab sudah. Lalu kak Dayu menunjuk ke salah seorang kakak, “Kalau yang itu, namanya siapa?” tentu saja mereka masih ingat. Lalu Kak Dayu tanya lagi, siapa namanya, dengan menunjuk pada dirinya sendiri. Salah satu anak menjawab “om ganteng.” Kami pun tertawa terbahak-bahak. Anak-anak itu memang ceplas-ceplos. Mereka hanya menjawab berdasarkan naluri saja dan itulah yang membuat mereka unik.

Selesai membaca, kami bermain bersama. Permainan yang kami mainkan adalah permainan tebak-tebak kata. Salah satu anak maju ke depan sebagai relawan untuk menebak kata, sedangkan anak-anak lainnya memberikan petunjuk.

Yang tampil pertama adalah Rafael, anak pemberani. Kami menunjukkan sebuah kertas berisi kata, yang tak diletakkan di atas kepala Rafael. Teman-temannya yang lain wajib memberikan petunjuk tentang kata itu, tanpa menyebutkan kata yang rahasia itu.

Mereka semua tak sabar untuk memberikan petunjuk, walau sudah diminta untuk bergantian. Tetapi namanya anak-anak, mereka merasa terbuai oleh permainan itu. Akhirnya dengan arahan saya dan Kak Alin, mereka mulai tenang dan satu per satu pun memberikan petunjuknya untuk Rafael. Mereka sangat antusias dan senang bisa bermain bersama. Apalagi permainan ini bisa memperkaya kosakata, sehingga mereka bisa memiliki banyak kosakata untuk berkomunikasi.

Selain bermain bersama, saya pun membacakan dongeng dengan judul “Semut dan Rajawali”, dongeng ini berasal dari daerah Biak. Anak-anak menyimak dengan seksama. Setelah bercerita, salah satu anak, yaitu Anisa pun tergerak dan mau bercerita di depan.

Walau tampak masih agak malu, tetapi dia telah berani maju dan tampil di depan teman-temannya. Tidak terasa, waktu cepat sekali berlalu, kegiatan kami pun selesai dan ditutup dengan foto bersama. Ibu Tasya dan murid-muridnya kembali ke sekolah dengan menggunakan taksi kuning. Kami mengantarkan mereka ke pinggir jalan. Perjalanan yang akan mereka tempuh, dari HBM ke Kampung Baru, kurang lebih 15 menit.

“Jangan lupa datang kembali e, main-main lagi” pesan saya. Anak-anak tak sepertinya tak sabar untuk kembali. Ketika mereka telah naik angkot, di jendela mobil tangan-tangan mencari ruang untuk melambai. Lambaian tangan dari kami dan mereka, menjadi penutup pertemuan berkesan itu.

 

*Mahasiswi Universitas Victory dan menjadi relawan di taman baca Pinjam Pustaka Kota Sorong sejak tahun 2021.