Oleh:Munawir Syahidi (Pengelola TBM Saung Huma)

“Sebuah upaya membangun ekonomi-kesejahteraan  dan membangun jiwa persatuan bangsa”

Kita harus merasa yakin mengapa literasi, membaca dan menulis menjadi sangat penting bahkan sebelum kemerdekaan Bangsa Indonesia, karena para pendiri bangsa, para pejuang republik ini adalah mereka yang menyadari pentingnya pendidikan, bahkan bukan hanya pendikan formal, Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka adalah mereka yang fikiran dan kesadarannya tumbuh karena bergelut dengan dunia literasi, membaca dan menulis, atau jauh sebelum itu Kartini adalah perempuan yang berjuang dengan literasi, berjuang dengan bacaan dan tulisan untuk menyadarkan siapapun tentang kemerdekaan dan kedaulatan. Dalam buku Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoudya Ananta Toer digambarkan bagaimana kartini adalah orang yang senang membaca, dari membaca itu kemudian fikirannya menjadi terbuka, dia turun ke masyarakatnya untuk menyelami berbagai persoalan, kemudian Kartini tuliskan yang menjadi kegelisahannya. Dia tulis pada lembaran-lembaran surat, yang dikirimkan kepada temannya di Belanda, dia menulis di media masa dengan nama samaran, dan Kartini sudah dapat menuliskan Handicraft Van Java  sebagai sebuah tulisan yang dikirimkan ke Belanda untuk menjadi pengantar sebuah pameran ukiran Jepara di Belanda. Kartini dengan kesadaran Literasi Baca-Tulis di masalalu telah menggerakan pikiran-pikiran para pemegang kebijakan di Belanda untuk negeri terjajah di Hindia-Belanda (Nusantara)

Setelah Indonesia merdeka, pencanangan-demi pencanangan untuk meningkatkan minat baca pada masyarakat Indonesia terus diupayakan pemerintah, pada era Soekarno tepatnya pada tanggal 14 Maret 1948 Soekarno mencanangkan PBH (Pemberantasan Buta Huruf) padahal waktu itu Indonesia sedang darurat perang, tapi Sokarno yakin jika gerakan pemberantasan buta huruf adalah juga benteng untuk mempertahankan kemerdekaan, upaya Soekarno dilanjutakan sampai tahun 1964, pada masa pemerintahan Soeharto beberapa upaya dilakukan seperti pada tanggal 2 Mei 1975 di Pontianak dicanangkan hari buku nasional, pada tanggal 29Maret-03 Mei 1995 dilaksanakan kongres perpustakaan di Jakarta. Kemudian September 1995 dicanangkan sebagai hari kunjung perpustakaan, dan  setelahnya dicanangkan gerakan wakaf buku nasional 07 Desember 1995. Berlanjut pada masa reformasi, pemerintahan Megawati Soekarno Putri juga melakukan upaya untuk meningkatkan minat baca bagi masyarakat Indonesia dengan mencanangkan Gerakan Membaca Nasional pada tanggal 12 November 2003, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono  memmbuat gerakan pencanangan Pemberdayaan Perpustakaan pada 17 Mei 2006. Adanya rumah pintar dan lain sebagainya sebagai upaya dari kesadaran kolektif dari para pemangku kebijakan dan masyarakat betapa gerakan literasi semakin dewasa menjadi sesuatu yang penting  dan mendesak untuk diupayakan oleh berbagai pihak.

Maka mengapa kemudian kecakapan literasi baca-tulis abad ke 21 sangat penting?

Gerakan Literasi Nasional (GLN) adalah salah satu program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mulai digiatkan sejak 2016 lalu. Gerakan ini merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Dalam forum ekonomi dunia  digagas enam literasi dasar yang harus dimiliki oleh negara-negara berkembang dalam hal ini termasuk Indonesia, keenam literasi itu adalah Literasi Baca Tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, literasi budaya dan kewargaan, dari ke enam literasi dasar tersebut literasi baca-tulis adalah induk daripada ke enam literasi dasar tersebut apalagi pada abad ke-21 ini. Untuk mengurai sedikit tentang Pentingnya Kecakapan Literasi Baca-Tulis Abad ke-21 ini saya akan mecoba membuka pengertian harfiyahnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

ke.ca.kap.an  kemampuan; kesanggupan kepandaian atau kemahiran mengerjakan sesuatu

li.te.ra.si1 /litêrasi/ kemampuan menulis dan membaca pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu: — komputer  n kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup

baca » mem.ba.ca melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati): dia jangan diganggu, karena sedang ~ buku v mengeja atau melafalkan apa yang tertulis

tulis » me.nu.lis membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya): anak-anak sedang belajar ~; melukis baginya merupakan kesenangan yang dimulai sebelum ia belajar ~      v melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan: ~ roman (cerita) mengarang cerita; ~ surat

Sedangkan pengertian yang juga dapat merujuk sebagai ciri-ciri dari abad 21, menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ciri abad ke-21 adalah tersedianya informasi dimana saja  dan kapan saja (informasi), adanya implementasi penggunaan mesin (komputasi), mampu menjangkau segala pekerjaan rutin (otomatisasi) dan bisa dilakukan dari mana  saja  dan kemana saja (komunikasi). 

Dari berbagai pengertian di atas saya sangat meyakini jika sebuah peradaban sebuah bangsa atau sebuah negara bahkan peradaban manusia di dunia ini harus diawali dengan literasi membaca, dalam ajaran agama Islam bahkan Allah SWT pertama menurunkan ayat pertama Al-Quran dengan kata Iqra yang berarti “bacalah”, meskipun Al-Quran memang turun pada masyarakat yang telah menhenal tulisan, bahkan bangsa arab sendiri telah pandai membuat dan membacakan syair-sair. Tetapi membca butuh kecakapan, kesanggupan, kemampuan bukan hanya untuk dibacakan tetapi harus memberikan efek besar pada peradaban itu sendiri.

Dari runutan sejarah para pemimpin dan tokoh negeri ini merka menyadari sangat pentingnya literasi baca tulis maka kita yang hari ini hidup pada abad ke-21 dimana ciri utamanya adalah cepatnya arus informasi, tekhnologi informasi yang mendukung pekerjaan manusia, informasi yang tidak terbatas pada jarak ruang dan waktu menjadikan kita sebagai sebuah bangsa penting untuk memberikan pendidikan kecakapan literasi baca tulis kepada masyarakat agar bangsa kita yang sudah menuju ekonomi 4.0 ini benar-benar dapat bersaing untuk dapat turut serta membangun bangsa yang berdaya saing. Karena tanpa kecakapan literasi baca-tulis di abad ke-21 ini beberapa pekerjaan kita akan terhambat,  menguasai literasi dasar yang lain kita harus dapat memiliki kecakapan literasi baca-tulis terlebih dahulu. Jika masyarakat Indonesia abad ke-21 ini memiliki kecakapan literasi baca-tulis maka akan mempermudah pembangunan ekonomi bangsa yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat.

Selain daripada itu efek dari tekhnologi informasi yang cepat ini berdampak juga pada masalah disintegrasi bangsa, diyakini atau tidak cepatnya arus informasi melalui media telekomunikasi membuat masalah baru yaitu berita beredarnya berita bohong yang diolah oleh orang-orang yang ingin menghancurkan bangsa Indonesia,  dan menciptakan perpecahan, maka pada abad ke-21 ini kecakapan literasi baca tulis sangat penting, selain daripada penunjang utama peningkatan kesejahteraan juga sebagai upaya untuk dapat mempertahankan keutuhan bangsa. Karena “kecakapan” literasi baca tulis dapat menangkal berita bohong, karena orang yang telah cakap membaca  akan melakukan pengkajian terhadap informasi yang diterimanya, dengan mencari sumber-sumber yang lain. Masyarakat yang belum memiliki kecakapan literasi baca tulis cenderung lebih mudah terprovokasi tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu.

Maka kecakapan literasi baca-tulis abad ke 21 adalah satu gerbang untuk mendorong ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, juga sebagai upaya penyadaran dalam rangka membangun jiwa persatuan bangsa Indonesia.

Munawir Syahidi Pengelola TBM Saung Huma beralamat di Kp.Curugluhur 004/006 Ds.Waringinjaya Kecamatan Cigeulis