Wee, tib sudah lama? Tanya yang begitu keras dari teman saya.

Hari ini saya mampir ke rumah teman saya yang begitu akrab. Ya, dia Alfian. Teman yang sudah 8 tahun tak pernah putus sampai sekarang. Apalagi di bangku SMA, kuliah, Pondok Pesantren, kost, RKWK, UKM kita selalu bersama. Jadi saya sama Alfian 7 tahun sekelas. Tidak heran bilamana kita gila-gilaan bareng.

Semenjak kita lulus kuliah sudah jarang ketemu. Dia sudah sibuk di MI tempat dia sedangkan saya masih sibuk di Purwokerto. Walaupun kita sekarang sama sedang melanjutkan S2 namun sekarang saya menjadi adik kelas Alfian. Karena saya waktu berhenti setengah tahun.

“Tib, masa sekolahku dikasih buku masak-masakan sama pemerintah?” curhat dia.

“Ya seneng seharusnya”. Aku mencoba menanggapinya.

“Tak ada satu pun yang dibaca. Mereka disuruh membaca terus difoto sebagai dokumentasi”. Jelas dia.

Lagi-lagi seperti masa laluku. Lagi-lagi seperti masa laluku. Ternyata fenomena seperti masih terjadi. Dengan program yang begitu baik akan tetap tak tepat sasaran maka itu akan menjadikan hal yang sia-sia. Buku yang tak sesuai dengan konsumsinya akan membuat buku tergeletak begitu saja tanpa minat dari pembaca.

Seharusnya dari pemerintah bisa memilah antara bacaan anak dengan bacaan orangtua. Ya, boleh saja memasukkan buku orangtua dalam sekolah. Akan tetapi tak semua anak meminati buku orangtua. Dan lebih memprioritaskan buku bacaan anak seperti cerita, majalah anak, dll. Kebanyakan anak khususnya anak lebih menyukai buku yang bergambar. Dan lebih penting lagi jadi literasi yang memang betul KEBUTUHAN BUKAN FORMALITAS.

Saya mengelus dada. Kucoba untuk mengeluarkan yang sedikit hanya 4 buah buku cerita. Memang tas saya standby buku cerita yang saya memang baca sendiri dan juga menjaga ada anak kecil. Keponakan Alfian langsung menyerbu. Mereka langsung membaca seperti anak lapar membaca.

“Yakin, Tib. Bukuku yang seperti kamu bawa sudah dibaca semua oleh muridku. Mereka sudah ingin baca buku lagi seperti buku yang kamu bawa”. Jelas dia panjang.

Akhirnya saya memberikan masukan sedikit. Kita sudah memang terbiasa untuk melakukan diskusi bilamana ada masalah. Hal ini membuat saya dan Alfian begitu akrab karena saling membantu