Banyak aktivitas yang dikembangkan di Rumah Baca Cenderawasih. Mulai dari memperkenalkan budaya-budaya daerah hingga read aloud, aktivitas ini lahir dari seorang anak muda yang energik, yaitu Yulianti Konjol. Yuli sendiri adalah pendiri serta kreator dari Rumah Baca Cenderawasih, Papua Barat Daya.
Read aloud atau membaca nyaring sangat menyenangkan bagi anak-anak di Rumah Baca Cenderawasih. Selain anak-anak relawan pun sangat menggemari kegiatan read aloud ini. Pasalnya, kegiatannya menyenangkan, terlebih ada interaksi antara buku dengan anak-anak yang dibacakan.
Buku cerita yang disukai oleh anak-anak adalah buku cerita bergambar seperti fabel, dongeng, serta cerita rakyat lainnya yang berasal dari daerah yang ada di Indonesia.
Aktivitas read aloud tidak hanya dilalukan di dalam ruangan, di lakukan pula di luar ruangan supaya kegiatan lebih bervariatif dan anak-anak tidak bosan dengan kegiatan read aloud. Pada buku yang dibacakan, pembaca mengajak pula berinteraksi dengan anak-anak melalui teks serta gambar. Selain untuk mengajarkan fokus terhadap buku, juga supaya anak lebih mengetahui tentang isi dari buku tersebut. Dan juga tentunya memperkenalkan kosakata kepada anak-anak.
Yuli banyak membacakan buku yang dekat dengan anak-anak, baik secara budaya maupun tema. Seperti buku yang berjudul Lena Si Rambut Keriting di mana mengisahkan seorang anak yang berasal dari pedalaman Biak, Papua yang memilki rambut keriting halus serta kulit berwarna cokelat. Kemudian Lena pindah ke Jawa serta bersekolah di Jawa.
Di Jawa Lena banyak bertemu dengan teman-teman baru, dengan banyak macam karakter anak serta jenis rambut dan warna kulit. Buku Lena Si Rambut Keriting ini sangat dekat sekali dengan realitas dari anak-anak di Papua. Terutama yang berada di sekitar Rumah Baca Cenderawasih.
Memperkenalkan Budaya dari Buku Cerita Anak
Yuli Konjol tidak pernah lelah dalam menumbuhkan minat baca di Papua Barat Daya, khususnya di sekitar Rumah Baca Cenderawasih berdiri. Yuli tidak sendiri, ia ditemani oleh relawan-relawan yang satu visi dan misi sama dengannya. Bersama relawan, Yuli merancang beberapa program yang menyasar pada anak-anak. Salah satunya memperkenalkan budaya Indonesia kepada anak-anak melalui buku cerita.
Budaya Indonesia diperkenalkan pada anak-anak, supaya anak-anak lebih mengenal banyak budaya. Tidak hanya mengenal dari daerah tempat anak dilahirkan semata. Selain itu juga mengajak anak-anak untuk mengejar mimpinya.
Setelah kegiatan membacakan buku, biasanya anak-anak berkumpul. Menceritakan kembali apa yang sudah didengarnya. Ada anak yang berani untuk menceritakan kembali dengan versi sendiri, ada pula anak yang diam dan malu. Yuli terus menyemangati anak-anak, supaya berani untuk mengungkapkan sesuatu. Hal ini bukan perkara yang mudah untuk seorang Yuli Konjol.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh Rumah Baca Cenderawasih adalah kegiatan menggambar serta mewarnai. Aktivitas ini pun sangat disenangi oleh anak-anak di Rumah Baca Cenderawasih.
Program dari Rumah Baca Cenderawasih yang menyasar pada anak-anak tidak hanya dilakukan di TBM semata, melainkan jemput bola ke berbagai daerah di sekitar Rumah Baca Cenderawasih. Yuli bersama relawan sering berjalan kaki untuk menemui anak-anak. Namun rasa lelah yang yang dialami oleh Yuli bersama relawan, terobati dengan senyum serta antusiasme anak-anak yang saling berebut buku bacaan.
Jauhnya akses ke kota serta minimnya sumber bacaan anak yang bermutu, tidak menjadikan Yuli hilang kreativitas. Dengan buku yang ada, Yuli pun menghidupkan buku-buku melalui aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Seperti read aloud, membuat permainan dari buku, juga karnaval budaya. Anak-anak pun senang.
Yuli Konjol bersama relawan di Rumah Baca Cenderawasih sebenarnya sedang melakukan apa yang disebut dengan local genius. Rumah Baca Cenderawasih melalui Yuli beserta relawannya sedang memberikan nilai-nilai terhadap masyarakat terkait kebiasaan serta cara hidup yang khusus. Selain itu, memberikan kemampuan terhadap masyarakat (dalam hal ini anak-anak) untuk menyesuaikan pengaruh dari kebudayaan luar, menjadi wujud yang lebih sesuai dengan kebudayaan asli setempat. Juga yang terpenting adalah bagaimana eksistensi masyarakat untuk dapat menyesuaikan kultur mengenai identitas dasar sosial masyarakat.
Jauh dari kota bukan halangan serta alasan untuk terus berliterasi. Mengajak anak-anak untuk membaca serta beraktivitas lainnya yang dilakukan oleh Yuli Konjol bersama relawan di Rumah Baca Cenderawasih membuktikan bahwa Taman Bacaan Masyarakat hadir di tengah-tengah masyarakat menjadi ruang bermain dan belajar, sebagai tempat tumbuh kembang anak, juga sebagai sebagai portal budaya dari pengaruh budaya luar. Yuli satu dari sekian banyak orang yang terus setia di jalur literasi.