Categories
Kabar TBM

Menata Ulang Konsep dan Praktik Pembangunan Literasi

REPORTASE RAKORNAS PERPUSNAS RI 2024

Oleh. Adhil Ramadhan Tj*

Menata Ulang Konsep dan Praktik Pembangunan Literasi

Literasi merupakan fondasi penting dalam membangun kualitas sumber daya manusia yang unggul. Dalam konteks Indonesia, menata ulang konsep dan praktik pembangunan literasi menjadi sebuah keharusan untuk menghadapi tantangan di era modern. Hal ini disampaikan dengan tegas oleh E. Aminudin Aziz, Plt. Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bidang perpustakaan yang diadakan di Hotel Mercure Kemayoran pada 14 Mei 2024. Pernyataan Aminudin menjadi pengantar penting bagi upaya bersama dalam memperkuat ekosistem literasi di tanah air.

Peta Jalan Literasi Indonesia

Maman Suherman, penggerak literasi nasional, menekankan urgensi pembentukan Peta Jalan Literasi Indonesia. Menurutnya, “Agar ada kesatuan langkah, Peta Jalan Literasi Indonesia harus segera terwujud, yang di dalamnya sejalan dengan amanat undang-undang yang melibatkan masyarakat, taman bacaan masyarakat, rumah-rumah baca, pustaka-pustaka bergerak atau apa pun nama yang disandangkan kepada mereka.” Peta jalan ini diharapkan dapat menyinergikan berbagai elemen literasi, termasuk perpustakaan daerah dan sekolah, sehingga menciptakan ekosistem literasi yang holistik dan berkelanjutan. Sinergi ini sangat penting untuk memastikan bahwa buku tidak hanya menunggu pembacanya, tetapi juga aktif menjemput pemustakanya.

Koordinasi Pusat dan Daerah Menjadi Kunci Keselarasan

Sejalan dengan penegasan Maman Suherman, Joko Santoso, Sekretaris Utama Perpusnas RI, menggarisbawahi pentingnya koordinasi antara pusat dan daerah. Menurutnya, “Koordinasi antara pusat dan daerah serta antara semua jenis perpustakaan guna penyamaan persepsi dan sinkronisasi terhadap program prioritas pembangunan di bidang perpustakaan, sangat penting untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional khususnya urusan perpustakaan.” Keselarasan ini tidak hanya akan menguntungkan semua pihak yang terlibat, tetapi juga akan mempercepat pencapaian target nasional dalam pembangunan literasi.

Peran Perpustakaan Mendukung Kreativitas dan Inovasi dalam RPJMN

Dalam Rancangan RPJMN 2025-2029, terdapat agenda pembangunan Ketahanan Sosial Budaya dan Ekologi yang mencakup Penguatan Karakter Bangsa dan Pemajuan Kebudayaan. E. Aminudin Aziz menegaskan bahwa perpustakaan memiliki peran penting dalam agenda ini. “Perpustakaan harus menjadi tempat untuk menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas baru sehingga tercipta ilmu-ilmu baru melalui rujukan berupa data serta bahan bacaan,” ujarnya. Pengembangan budaya literasi yang mendukung kreativitas dan inovasi adalah kunci untuk mencapai tujuan tersebut.

Literasi sebagai Kunci Pendidikan Berkualitas

Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami, menekankan pentingnya literasi dalam mewujudkan pendidikan berkualitas. “Literasi menjadi modal dan kunci penting dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas guna menghadapi beragam tantangan di masa depan,” katanya. Amich menyatakan bahwa perpustakaan harus berfungsi sebagai sarana pendukung peningkatan literasi, media informasi, sumber pengetahuan, serta ruang berbagi informasi dan pengalaman. Literasi yang kuat adalah modal dasar untuk menghadapi dinamika global yang terus berkembang.

Mendorong Kemajuan Desa Dengan Pembangunan Literasi

Ivanovich Agusta, Kepala Badan Pengembangan dan Informasi Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, menghubungkan literasi desa dengan kemajuan desa. “Keberadaan Taman Bacaan Masyarakat, Perpustakaan Desa atau nama lain yang serupa merupakan salah satu langkah dalam pengembangan literasi di kalangan masyarakat desa,” ujarnya. Dukungan pendanaan dari APBDes dan Dana Desa sangat penting untuk kegiatan literasi di desa. Ivanovich menekankan bahwa literasi desa berkorelasi erat dengan kemajuan desa, dan masyarakat yang maju adalah masyarakat yang berani melakukan perubahan.

Meninjau Pengalaman Global

Pengalaman dari berbagai negara menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan literasi sangat bergantung pada dukungan politik dan kebijakan yang kuat. Sebagai contoh, Finlandia sering dianggap sebagai model dalam pendidikan dan literasi global. Menurut laporan OECD, keberhasilan Finlandia dalam pendidikan dan literasi sangat dipengaruhi oleh kebijakan pendidikan inklusif dan akses yang luas ke sumber-sumber bacaan sejak usia dini (OECD, 2018) . Hal ini relevan dengan konteks Indonesia, di mana kebijakan inklusif dan aksesibilitas yang lebih baik ke sumber bacaan dapat mendukung upaya peningkatan literasi nasional.

Kesimpulan

Menata ulang konsep dan praktik pembangunan literasi bukanlah tugas yang mudah, tetapi sangat diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan berbudaya. Rakornas bidang perpustakaan ini menjadi momentum penting untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan literasi di Indonesia. Dari berbagai pemaparan yang disampaikan, terlihat jelas komitmen untuk menyinergikan upaya antara pusat dan daerah, serta melibatkan berbagai elemen masyarakat. Perpustakaan diharapkan tidak hanya menjadi tempat penyimpanan buku, tetapi juga pusat kreativitas dan inovasi yang mendukung kemajuan literasi dan pendidikan di Indonesia. Melalui upaya bersama ini, kita dapat mewujudkan Indonesia yang lebih cerdas dan berbudaya, serta siap menghadapi tantangan masa depan.

*Forum TBM Kota Depok

Leave a Reply