Apabila ada cahaya yang muncul pagi hari dan menghangatkan badan kita setiap hari, tentunya itu adalah matahari. Namun apabila ada cahaya lahir dari Taman Bacaan Masyarakat, maka dapat dipastikan akan menerangi kampung. Cahaya-cahaya itu lahir dari semangat pengelola TBM, relawan, serta anak-anak yang setiap hari membaca, membolak-balikan, hingga mewarnai dan mencorat-coret buku. Seperti yang sedang dilakukan oleh Forum TBM bersama TBM-TBM yang ada di berbagai daerah membuat satu kegiatan positif, menghangatkan anak-anak dengan parade dongeng.

Parade dongeng sendiri diberi nama Muhibah Dongeng TBM, rangkaian menuju peringatan Hari Dongeng Sedunia, yang jatuh pada 20 Maret 2021. Muhibah Dongeng TBM dilaksanakan secara hybrid, mulai dari tanggal 10 – 20 Maret, di mana para pendongeng mendonengeng melalui zoom, sedangakan ada anak-anak dengan titik kumpul di TBM. Selain lewat zoom, Muhibah Dongeng TBM sendiri dapat disaksikan secara langsung di youtube Forum TBM.

Taman Bacaan Masyarakat yang ikut berpartisipasi pada acara Muhibah Dongeng TBM di antaranya adalah TBM Ar Rasyid dari Aceh, TBM Taman Sekar Bandung dari Jawa Barat, TBM Kampung Dongeng dari Kalimantan Timur, TBM Iqro dari Riau, serta TBM Bonua Pontulisi dari Sulawesi Tengah. Tentu yang mengikuti bukan hanya anak-anak yang ada di TBM yang dituliskan di atas semata, melainkan anak-anak dari TBM lainnya ikut pula berpartisipasi dengan mengikuti rangkaian kegiatan Muhibah Dongeng TBM ini.

Para pendongeng yang ikut berpartisipasi adalah Kak Yani dari Sulawesi Selatan, Kak Aina dari Riau, Kak Fitri dari Kalimantan Timur, Kak Tini dari Kalimantan Timur, Kak Evelyn dari Riau, Kak Agus dari Bogor, Kak Joe dari Sulawesi Tengah, Kak Lini Sigilipu dari Sulawesi Tengah, Kak Debby Lukito dari Bali, serta Kak Heru dari Sulawesi Selatan. Para pendongeng ini selain mendongeng, juga memberikan edukasi pada anak-anak tentang pentingnya membaca buku, pentingnya cuci tangan, juga mengajak anak-anak untuk terus semangat belajar meski dari rumah.

Mendongeng dan Belajar Partisipatif

Pandemi membuat pembelajaran tatap muka (luring) terhenti. Anak-anak belajar di rumah. Ada yang berkumpul di TBM untuk belajar bersama, ada pula yang berkumpul di pos ronda, serta tempat terbuka lainnya. Kemudian timbul pertanyaan, apakah ruang (kelas) masih dibutuhkan?

Muncul banyak perdebatan mengenai pendidikan serta infrastuktur pendidikan. Perdebatan-perdebatan yang terjadi sebenarnya tidak lain untuk memajukan pendidikan di Indonesia lebih baik lagi. Selain itu, dengan banyaknya perdebatan mengenai pendidikan, justru pegiat serta praktisi juga lembaga seperti Forum TBM lebih kreatif dalam memberikan pendidikan terutama menanamkan pentingnya literasi pada anak-anak. Salah satunya membuat kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid seperti Muhibah Dongeng TBM.

Mendongeng memang bukan perkara baru dalam praktik baik di TBM, mendongeng sudah banyak dilakukan oleh teman-teman di TBM di berbagai daerah. Ada yang mendongeng langsung di TBMnya, ada yang memasukannya lewat youtube, serta media lainnya. Penting diperhatikan, ketika mendongeng bukan perkara baru, bahkan sudah banyak maestro dongeng di Indonesia, sudah seharusnya ada semacam transformasi dongeng. Transformasi dongeng yang dimaksudkan adalah mendongeng dengan menggunakan multimedia, mendongeng dengan menitikberatkan pada konten-konten yang disukai oleh anak, kemudian memasukan nilai-nilai di dalamnya (menyesuaikan dengan kondisi kekinian), juga partisipatif (saling melibatkan dalam proses mendongeng), dan lain sebagainya. Transformasi dongeng ini penting dilakukan untuk menjaga mood anak-anak yang dapat dikatakan fluktuatif.

Apabila meminjam teori Participatory Learning, maka akan terjadi sebuah proses pembelajaran di mana penutur dan penerima terjalin komunikasi yang baik. Artinya penutur (pendongeng) melibatkan anak-anak dalam proses mendongeng. Sehingga anak ada rasa keberpemilikan terhadap  konten dongeng yang dituturkan oleh pendongeng. Maka terjadi keterlibatan emosi yang kemudian anak akan mencerna nilai-nilai yang dituturkan oleh pendongeng.

Muhibah Dongeng TBM yang dilaksanakan oleh Forum TBM, ada upaya menuju pada konsep Participatory. Dan ini adalah konsep yang baik, ketika anak-anak jenuh dengan belajar dari rumah, hanya mengerjakan soal, menonton materi lewat TV, serta youtube, muncul Muhibah Dongeng TBM dengan pendongeng dari berbagai daerah dengan beragam karakter.

Lalu untuk menjawab apakah ruang (kelas) masih dibutuhkan? Kiranya ruang (kelas) masih dibutuhkan, namun bukan ruangan yang seperti sekarang ada kursi, meja, serta papan tulis, di mana di dalamnya ada guru yang sedang menulis di papan tulis. Ruang (kelas) sudah seharusnya mengalami transformasi, bukan lagi sebagai ruang (kelas) yang konservatif seperti di sekolah-sekolah, melainkan di mana saja dapat dijadikan ruang (kelas) untuk proses belajar. Seperti juga yang dilakukan pada era marketing 5.0 yang terjadi sekarang.

Pola-pola yang relevan dalam transformasi pendidikan sedang dikembangkan oleh para ahli, namun saya kira Muhibah Dongeng TBM ikut mengembangkan pola transformasi pendidikan dari pola konservatif menuju era kekinian.