Penuh drama dan cerita realita yang berbalut kasih. Tim Gowes Literasi mengalami keduanya saat blusukan di tatar sunda.
Saat kabupaten Kuningan didaulat sebagai tuan rumah untuk menyelenggarakan event besar memperingati Hari Aksara Internasional (HAI) 2017, kami langsung bernazar ingin ikut serta memeriahkannya. Para goweser juga ditawarkan untuk berkolaborasi bersama mereka pecinta buku dan anak. Namun, karena memang jadwal perjalanannya cukup panjang maka hanya empat orang saja yang terlibat. Mereka adalah Edi Dimyati (penulis dan pemain Yo-Yo), Rian Hamzah (pendongeng sekaligus pengelola Taman Baca Sanggar Alam Kita), Isur Suryadi (Guru ngaji dan Relawan Kampung Buku) , dan Ana Mulyana (Guru Gambar dan Mekanik Sepeda)
Kuartet bermodal nekat yang memiliki semangat berbagi ini telah menetapkan azam, menyusun rencana apa yang akan diperbuat selama perjalanan. Tentu hal baru dalam aktifitas saat tur bersepeda. Makanya, kemasan yang kami inginkan adalah berolahraga sambil memberi edukasi. Sehubungan acara HAI di kuningan yang berlangsung dari tanggal 6-8 September 2017, maka kayuhan pertama dimulai dari Jakarta tanggal 3 September 2017. Tentu keberangkatanan awal itu sudah diperhitungkan agar kesampaian kami dalam puncak acara di lokasi tujuan bisa tepat waktu.
Persiapan mental dan fisik sudah dibentuk semenjak sebulan sebelumnya. Puluhan buku ditata dalam tas sepeda dan cargobike, peralatanan mandi dan pakaian lengkap dibungkus. Perbekalan makanan cukup untuk kesiagaan sampai beberapa kabupaten. Dari Jakarta gowes dimulai dan Bekasi sebagai kota pertama yang kami singgahi. Sambil menjemput Rian Hamzah, kami singgah di Sanggar Alam Kita . Bersilaturahim kepada sesama rekan pegiat literasi sambil bercengkrama dengan anak-anak. Bermain, menghibur dan berdiskusi. Selepas makan siang, sepeda-sepeda baca itu melaju masuk ke Karawang. Tanpa terasa sore hari sampai di Lapang Karang Pawitan. Anak-anak yang sedang berlatih inline skate antusias melihat kehadiran kami. Betapa tidak, sepeda-sepedanya unik. Dipasang bendera, ada keranjangnya, bentuk dan bawaannya juga memincut ingin mengerubunginya. Makanya, tak ada alasan untuk segera menata buku di atas terpal. Sambil istriahat, para ibu dan anak-anaknya yang sedang bermain sepatu roda itu ikut nimbrung membaca. Bahkan, ada satu kakek tua yang khusus membaca komik biografi. Penggemar tokoh bung Karno yang sudah sepuh itu melahap beberapa buku yang kami bawa. Dan, sebagai kenangan kami memberi beberapa buku untuknya menjadi milik pak tua.
***
Hari sudah gelap, Ba’da magrib kami melanjutkan perjalanan menuju persinggahan untuk berisitrahat. Ya, hotel bulan bintang alias masjid menjadi tempat rehat bermalam kami. Karena disamping gratis, persediaan air biasanya melimpah buat berbilas. Dan, lagi kami menjadi tenang dalam menunaikan ibadah sholat. Kesokan harinya, setelah sarapan petualangan membawa buku terus belanjut menuju pantura dan masuk ke sekolah dasar negeri Ciberes, Subang. Atas ijin dari kepala sekolah kami dipersilahkan untuk menghibur anak-anak kelas satu. Mendongeng , sulap dan memberi edukasi seputar dunia lingkungan dan akhlak. Anak-anak nampak terlihat riang, bahkan ada yang tertawa sampai terbahak memukul-mukul meja belajar. Pasalnya, sebelumnya tak ada guru-guru yang pernah memberikan sesuatu yang unik dan menggembirakan. Para guru merasa bersyukur atas kedatangan kami, berucap beribu terimkasih dan menginginkan kehadiran tim gowes literasi kembali. Keceriaan anak-anak menjadi pemicu semangat, untuk terus gowes menuju kabupaten lain. Pun, saat kami singgah di sekolah dasar di Indramayu dan Cirebon. Antusiasme sama diperlihatkan, apalagi permainan yo-yo dengan penuh intrik disuguhkan begitu memukau.
Yeah, buku-buku yang kami bawa tak hanya diserbu ketika digelar di taman dan tempat area publik. Bahkan ditempat persitirahatan sementara juga dilirik. Seperti di warteg, pos ronda, warung kopi, kantor pemadam kebakaran, museum, masjid, bahkan di kantor polisi. Inilah bentuk kepedulian kami agar akses bahan bacaan lebih dekat dengan masyarakat. Menyebarkan terus virus baca ke pelosok sambil mengkampanyekan kegemaran membaca.
Sambutan meriah tak hanya diberikan saat kami singgah, namun sepanjang perjalananpun banyak orang-orang yang respek kepada tim gowes literasi. Lambaian tangan dari anak-anak memecut spirit kami terus mengayuh tanpa henti, sapaan warga lokal kala melintas merontokan rasa lelah. Ada pula presenter RRI yang mendekat dan mengikat janji untuk wawancara. Belum lagi ada pengendara sepeda motor yang memberhentikan kami. Ternyata beliau ingin meyumbang buku karena tertegun melihat perjuangan kami. Luar biasa, pengalaman yang sangat mengesankan.
Sesampai di kuningan, kebetulan pas saat kabupaten tersebut memeriahkan hari jadinya. Karena itu pula kami disambut oleh panita pada acara yang dilangsungkan di pandapa Paramarta Komplek stadion Mashud Wisnusaputra, Kab.Kuningan Jawa Barat. Di lokasi sudah berkumpul para pegiat literasi lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Kami, pedalis yang peduli dengan dunia literasi hanyalah sebagian kecil ikut peran dalam menyemarakan kampanye Indonesia Membaca. Tentu butuh dukungan dari berbagai pihak yang terkait untuk terus mendekatkan akses buku dan kampanye baca. Dari kota kuda, kami ingin mengajak semua orang untuk menggelorakan semangat membaca di tatar sunda. Tebar baca di Jawa Barat sambil menghibur anak-anak di sekolah.
Ya, kuningan buat kami bukan acara puncak. Justru yang menjadi program utamanya adalah segala akitifitas yang dilakukan selama perjalanan. Makanya, sehabis menghadiri acara HAI di Kuningan, perjalanan sepeda berlanjut ke kabupaten lainnya sebelum pulang ke Jakarta kembali. Beberapa daerah tersebut adalah Ciamis, Tasik, Garut, Bandung, Cianjur dan Bogor. Dalam perjalanan itu pula kami tetap mengkampanyekan buku dan membaca. Hingga pada akhirnya, Original Rekor Indonesia (ORI) menganugrahi kami sebagai Tim Gowes Literasi. Bentuk apresiasi ORI kepada pelaku kegiatan literasi keliling Jawa Barat untuk mengedukasi anak-anak lewat dongeng, sulap, gambar dan permaianan agar gemar membaca dan menulis dari mulai usia dini.
Tapi, pencapaian kami bukanlah pada selembar kertas penghargaan yang berbingkai kayu dan kaca. Pencapaian sesungguhnya adalah ketersediaan buku di setiap pelosok desa agar terpenuhi, agar ketertarikan aktifitas membaca menjadi meningkat. Perjalanan Gowes Literasi berakhir di ibukota pada tanggal 11 September 2017, tapi bukan berarti rampung. Ya, karena tak ada kata selesai dalam menggelorakan semangat Indonesia membaca. (*)
Foto: Edi Dimyati & Ana Mulyana
Ilustrasi/Logo : Muhamad Yana
#TBMStory2017 #SahabatLiterasi #relawanliterasi #forumtbm #gerakanliterasinasional #gerakanliterasilokal