Tingkah dan perkataan Nashruddin Khoujah tidak dapat diprediksi. Seperti dalam cerita MAKAMKAN AKU DALAM MAKAM TUA. Nashruddin Khoujah sedang mempermainkan akal dan nalar dalam cerita tersebut.
Nashruddin berpesan kepada keluarganya agar setelah meninggal ia di makamkan di sebuah makam tua. Keluarganya bertanya, “Mengapa demikian?” Ia menjawab, “Bila dua malaikat maut datang kepadaku untuk bertanya, aku jawab ‘Aku sudah lama dalam makam ini dan sudah pernah ditanya.’ Ketika mereka melihat makamku, maka mereka membenarkan perkataanku, sehingga mereka pun meninggalkanku. Demikianlah agar aku terhindar dari dasyatnya pertanyaan mereka dengan cara termudah.”
Dari cerita tersebut dapat kita cermati bagaimana Nashruddin Khoujah memainkan akal dan nalar untuk mengatasi sesuatu. Dalam konteks cerita adalah menghindari pertanyaan dua malaikat maut. Akan tetapi, membuat mudah perkara (atau membuat perkara menjadi mudah) sering juga terjadi dalam kehidupan masyarakat, khususnya di Indonesia.
Namun yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah akal ini dan bagaimana akal ini bermain?. Akal banyak sekali disebutkan dalam Al-Quran. Akal sendiri berasal dari kata Arab al-‘Aql merupakan kata benda. “Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh (عـقـلوه (dalam 1 ayat, ta’qiluun (تعـقـلون (24 ayat, na’qil (نعـقـل (1 ayat, ya’qiluha (یعـقـلھا (1 ayat dan ya’qiluun (یعـقـلون (22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.” Dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Ade Jamarudin, SS, MA, yang berjudul Existensi Fungsi Akal Manusia Perspektif Al-Quran.
Dalam Al-Quran sendiri Allah memperikan petunjuk mengenai akal dalam firmannya. Salah satunya melalui ayat di bawah ini:
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Israa’ ; 70).
Al-Quran mengajak manusia untuk berpikir, dan hal ini tertuang dalam surat Al Anfal ayat 22 dan surat Yunus ayat 100. Maka ketika membaca cerita dari Nashruddin Khoujah, kita tidak begitu kaget dengan permainan akal yang dimainkan olehnya. Hal tersebut dapat mengajak manusia berpikir dalam konteks yang benar.
*Redaksi Forum TBM