Oleh Debby Lukito Goeyardi*

Berbicara tentang anak, ada beberapa definisi sesuai Kelompok Umur Anak, yaitu:

  • Bayi adalah anak yang berusia di bawah satu tahun atau usianya belum mencapai hari ulang tahun pertama.
  • Balita adalah anak yang berusia antara satu hingga lima tahun atau usianya belum mencapai hari ulang tahun kelima.
  • Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara lima hingga 6 tahun kurang satu hari di usia keenam.
  • Anak usia sekolah adalah anak yang berusia enam hingga 18 tahun.

 

Pengelompokan tersebut berdasarkan pada data dari situs Organisation for Economic Co-operation and Development mengenai ‘young population’ (2017). Mengapa kita perlu memahami definisi sesuai Kelompok Umur Anak? Jawabannya sederhana, yaitu agar kita bisa menentukan buku cerita untuk anak yang sesuai untuk usia mereka.

 

Seperti kita ketahui, cerita anak merupakan suatu karya berupa karangan yang bertutur tentang suatu pengalaman, perbuatan atau kejadian yang ceritanya ditujukan untuk anak dengan gaya bahasa yang sederhana namun kompleks serta komunikatif dan mengandung nilai moral bagi anak.

Tidak semua buku cerita sesuai untuk anak. Sebagai orang tua, ada baiknya kita memilihkan buku cerita yang sesuai dengan Kelompok Umur Anak dengan tujuan agar makna yang termaksud dalam cerita tersebut bisa tersampaikan dengan lebih tepat guna dan tepat sasaran.

 

Beberapa karakteristik buku cerita untuk anak yang sesuai untuk usia Balita dan usia Anak Prasekolah:

  • Buku cerita memiliki banyak warna: Seperti kita ketahui, perkembangan otak anak akan terstimulasi dengan baik ketika anak mendengarkan cerita atau membaca cerita sambil melihat gambar yang berwarna-warni karena warna berperan penting dalam perkembangan otak tersebut.
  • Buku cerita memiliki alur cerita yang sederhana: Anak usia Balita dan usia prasekolah cenderung masih memiliki konsentrasi yang pendek. Jadi, cerita-cerita yang sederhana dan tidak bertele-tele biasanya akan membuat anak berimajinasi tanpa membuat anak merasa bosan karena ceritanya tidak selesai-selesai dibacakan atau dibaca.
  • Buku cerita yang menghindari penggunaan kalimat negatif dalam cerita: Sebisa mungkin pilihlah cerita yang tidak mengandung kalimat perintah dengan kata ‘jangan’, ‘tidak boleh’ atau ‘dilarang’. Pastikan kata-kata tersebut diganti dengan kalimat positif yang semakna. Banyak ahli psikologi yang menekankan hal ini karena kalimat negatif cenderung membuat anak malah semakin terpicu melakukan hal yang dilarang tersebut atau membuat si anak lebih fokus pada perilaku negatif dari si tokoh dibanding perilaku positifnya.
  • Buku cerita didominasi oleh gambar: Salah satu ciri penting buku cerita untuk anak adalah gambar yang banyak dan bervariasi yang menguatkan cerita dan memudahkan anak untuk semakin berimajinasi.
  • Buku cerita yang berkaitan dengan kehidupan anak sehari-hari: Cerita yang berkaitan dengan anak akan memudahkannya memahami isi buku tersebut. Selain itu, perasaan si anak yang terlibat dengan kehidupan si tokoh dalam cerita tersebut tentunya bisa membantu si anak untuk lebih memahami diri serta lingkungan sekitarnya dengan lebih baik.
  • Buku cerita berisi kota kata baru: Hal ini akan membantu kemampuan anak dalam mengenal kata baru serta berkomunikasi dengan baik. Pastikan tidak ada kata yang mengandung makna vulgar karena anak mudah meniru.
  • Buku cerita mengandung pengajaran positif: Anak membutuhkan semangat yang positif dari cerita-cerita yang dibaca atau dibacakan karena anak belum terlalu memiliki pemahaman lebih tentang makna kehidupan.

 

Selamat membaca!

 

*Pegiat Literasi dan penulis buku cerita anak, Ketua Forum TBM kota Denpasar, Pendiri Yayasan Kanaditya Anjani Dharma