Selepas maghrib kami terbiasa untuk literasi di TPQ Wadas Kelir. Dalam pembahasan kali ini tentang mandi besar. Alasan orang untuk melaksanakan mandi wajib salah satunya adalah terjadinya mimpi basah.
“Kak, mimpi basah itu apa?” tanya Adit salah satu santri TPQ Wadas Kelir.
“IIhh, saru,” jawab temannya yang memang sudah dewasa.
Anak-anak mulai ramai. Tertawa lucu. Sedangkan yang perempuan senyum malu-malu. Sedikit aneh memang untuk membahas persoalan tentang sesuatu yang berbau pendidikan seks. Ada yang berpikiran jorok, ada juga yang ngobrol tak jelas.
Saya pun seketika itu sedikit bingung untuk menjelaskan tentang mimpi basah. Tapi saya harus bisa menjelaskan mimpi basah yang dapat diserap oleh anak usia tersebut. Saya pun memutar otak.
Dalam hal ini biasanya kebanyakan orang menjawab saru, belum waktunya, nanti juga tahu dsb. Padahal bilamana jawaban tak puas anak akan semakin penasaran dan menjadikan anak berbuat senonoh tentang keingintahuan tersebut.
Menurut Munif Chatib mengatakan pendidikan seks harus diberikan sejak dini. Terdapat tiga pola pendidikan seks diberikan pada anak.
Pertama, memberi informasi yang dibutuhkan secara benar dan tepat. Informasi tentang seks harus diberikan sejak dini. Informasi tersebut bertujuan agar anak bisa menjaga diri dan kevitalan anak yang tidak diinginkan. Sepertinya halnya seorangtua memberikan penjelasan bagaimana buang air kecil dan air besar yang baik dan benar?
Kedua, menjawab pertanyaan anak tentang seks. Kerap seringkali terdapat pertanyaan yang terlontar dari seorang anak dengan polos. Saat saya mengaji dulu masih tentang mandi besar ada teman saya yang bertanya tentang khasafah. Saya juga saat bingung apa itu khasafah? Sang guru menjelaskan dengan menggambarkan alat kelamin laki-laki dan perempuan. Apakah sang guru tersebut salah atau saru? Menurut saya tidak. Malah itu memberikan informasi kepada anak-anak tentang dirinya sendiri. Dan saya bisa paham apa itu khasafah.
Begitu juga dengan adit yang memberikan pertanyaan apa itu mimpi basah? Saya harus menjelaskan apa adanya tentang mimpi basah namun dengan bahasa yang sesuai usia mereka. Jadi guru atau pendidik janganlah selalu menghindar dan mengalihkan pertanyaan ketika dilontari pertanyaan tentang berbau seks. Berilah penjelasan secara jelas dan berikan arahan kepada mereka.
Ketiga, Terkait perilaku. Anak sejak dini akan memperhatikan tingkah laku orangtuanya hampir 24 jam. Dengan ini orangtua menjadi kiblat sebagai teladanan bagi seorang dalam bertingkah laku. Seperti mengajarkan bagaimana bermain dengan lawan jenis, memberikan arahan apa saja dilarang dengan lawan jenis dan juga memisahkan anak tidur dengan lawan jenis.
Dengan ini, pendidikan seks bukan hal yang negatif yang sering dikatakan oleh banyakan orang. Pendidik seks sebaiknya dibangun sejak dini dari keluarga. dengan ini terbangun kedewasaan pada anak terhadap menjaga dirinya di masa mendatang.[]