Mengapa ruang kelas harus berserak dengan buku-buku?
Pertanyaan penting yang perlu dicari jawabannya, karena melalui ruang kelas yang berserak buku-buku ini, kita sedang menciptakan ekosistem membaca di kelas yang efektif.
Kenapa bisa demikian? Saya mencoba menguraikannya dengan pengalamannya nyata saya.
Pertama, saya pernah mengalami suatu peristiwa di mana setiap sore, saat saya masih kecil, saya di ajak Ayah saya ke sekolah tempatnya bekerja. Di sekolah itu, saya di suruh menunggu di sebuah ruang yang awalnya asing bagis saya. Ruang itu bertuliskan Perpustakaan Sekolah dengan puluhan rak sekolah yang berantakan dan berisi buku-buku tak terawat. Saya menduga sudah lama perpustakaan ini dibiarkan demikian karena barang kali tidak ada yang mengurus. Atau, ada kebijakan sekolah untuk tidak usah di urus.
Di tempat ini saya merasakan kebosanan. Bayangkan saja, saya di suruh Ayah saya menunggu berjam-jam di ruangan yang pengap. Sementara di ruang kelas sebelah, saya mendengar ramainya tawa dan riangnya belajar bersama Ayahku. Dalam kebosanan itu, saya kemudian berjalan-jalan di ruang itu. Saya pun kemudian memberanikan diri untuk mengambil buku bergambar yang menarik perhatian saya.
Saya membuka buku itu. Membaca perlahan-lahan. Dan dalam keadaan bosan, membaca terasa sangat mengasyikan. Dari pada menunggu Ayah bengong dan melamun, ya, lebih baik membaca buku. Dan tanpa terasa, saya habis membaca satu buku cerita bergambar. Sampai saya tidak sadar Ayah sudah berdiri di samping saya seraya berkata, “Sudah sore, yuk, pulang!”
Saya berdiri sambil melirik ke rak buku. Ternyata Ayah saya paham dengan maksud saya. Ayah saya berkata, “Kamu mau pinjam buku? Ambil saja!” Dengan antusias saya mengambil salah satu buku. Membawanya pulang. Tidak langsung saya baca. Tapi, saat saya tengah malam terbangun, dan bingung apa yang harus saya lakukan, maka saya mengambil buku itu dan membacanya sampai terlelap tidur. Dari situlah saya punya pengalaman berharga dengan membaca buku. Membaca buku dari buku berserak di sebuah ruang sekolah yang dilakukan karena kebosanan menunggu Ayah mengajar.
Kedua, di keluarga saya, dengan kenyataan saya memiliki empat anak, saya memiliki kebiasaan menaruh buku sembarangan di kamar anak-anak saya. Bukan karena tidak sayang dengan buku, tapi karena saya punya pengalaman masa kecil suka membaca buku karena dikondisikan untuk bosan dan bingung di ruang perpustakaan, dan kemudian terpaksa membaca buku karena keadaan.
Saya pun berharap anak saya akan mengalami dan meniru seperti yang saya alami. Dan hasilnya, pada suatu siang, saat istri saya pergi ke rumah Embah, dan di rumah saya hanya dengan anak pertama saya, Mafi (11 tahun). Saya melihat kenyataan menakjubkan. Saya menyaksikan Mafi yang bangun tidur hanya berjalan ke sana ke mari dalam rumah. Kemudian dia mengambil salah satu buku yang berserak, dan membacanya perlahan.
Awalnya membaca sambil tiduran karena sepertinya tidak berminat dan sungguh-sungguh membaca. Tapi, perlahan-lahan dia bangun dan membaca dengan duduk penuh serius. Anak saya sedang merasakan bahwa saat bingung mau melakukan apa itu paling asyik di isi dengan membaca. Sampai kemudian selesai juga buku komik sains itu dibaca.
Malam harinya, saya berikan hadiah es krim karena telah membaca satu buku. Saya minta dia menceritakan isi buku. Dan anak saya menceritakan isi buku itu dengan detil dan runut. Saya sangat senang. Perangkap menjadikan kamar berserakan buku telah berhasil menjebak anak saya membaca buku. Dan harapan saya semoga ini menjadi pengalaman yang mengesankan, sehingga esok akan lebih banyak lagi buku-buku yang dibaca.
Ketiga, saat saya ke perpustakaan, kemudian berjumpa dengan salah satu anak yang matanya berbinar melihat rak yang penuh buku, saya bertanya, “Kenapa kamu tampak senang sekali?” Dan anak itu menjawab dengan antusias, “Saya pasti akan menemukan buku baru di sini. Saya suka dengan buku-buku yang ada di ruang perpustakaan ini.”
Kemudian anak itu masuk ruang yang penuh dan berserak buku. Dia mencari buku yang ada dalam pikirannya, dan tentu saja saya tak tahu buku apa yang dicari. Setelah mendapatkannya, saya menyaksikan ekspresi senang pada wajahnya. Kemudian saya mendekatinya kembali dan bertanya,”Apakah sudah mendapatkan buku yang kau inginkan?” Anak itu tersenyum padaku dengan jawaban singkatnya, “Ini!” seraya memamerkan halaman depan buku itu “Cerita Nusantara”. Kemudian anak itu duduk dan suntuk membaca buku itu sampai saya berlalu meninggalkannya karena saya harus segera ke kampus untuk mengajar.
Di sini saya memahami bahwa saat buku-buku berserak di ruangan kelas, maka anak akan mereaksi dengan dua cara: pertama, anak-anak yang diawali tidak suka membaca akan membiarkannya saja, menganggap buku-buku itu tak berharga, tapi judul, gambar, dan warna buku akan masuk dalam ingatannya. Ini menjadi investasi menarik untuk anak-anak karena saat anak-anak suatu saat dalam keadaan bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan, maka buku yang berserak itu, yang telah masuk dalam alam pikirannya, pasti akan diambil. Akan dibuka-buka dan kemudian dibaca dengan serius.
Keadaan hati anak yang sedang membutuhkan teman, dengan karakter buku yang sifatnya menghibur pun bertemu. Anak pun akan larut dalam cerita dan imajinasi buku. Di sinilah perasaan klik itu terjadi. Anak merasa terhibur dan senang. Anak mendapatkan teman bermain dari buku. Dari sinilah, melalui buku-buku yang berserak di ruang kelas, anak-anak akan menemukan rasa suka dan cintanya pada buku. Semua bisa dimulai dari sini, yaitu anak-anak yang akan memiliki minat dan hobi membaca.
Kedua, bagi anak-anak yang sudah memiliki ketertarikan dengan buku, maka buku yang berserak di kelas adalah surga baginya. Dengan cepat anak akan memilih buku baru yang sesuai dengan keinginan. Setelah mendapatkannya anak-anak akan langsung membacanya dengan tekun. Di sini anak pun akan suka dan senang dengan kelas yang berserak buku-buku. Momen datangnya buku baru yang bererak akan menjadi hari istimewa yang dinanti oleh anak ini.
Dengan penjelasan saya ini, maka kita semua pasti memahami bahwa buku berserakan di ruang kelas merupakan keharusan yang mutlak jika guru ingin mewujudkan siswa-siswanya suka membaca. Dengan buku-buku yang berserak di kelas, guru sedang mensosialisasikan buku pada murid-muridnya, serta mengkondisikan kelas yang dihuni oleh siswa-siswa yang suka membaca.
Dengan ruang kelas yang berserak buku, pada suatu hari, kita pasti akan menemukan pemandangan yang indah, di mana kelas menjadi hening karena semua siswnya sedang asyik membaca buku-buku yang berserak di ruang kelas.
Indah sekali!
Heru Kurniawan (Pendiri Rumah Kreatif Wadas Kelir, Purwokerto)