Oleh: Ruhandi (Kepala Desa Adat Warung Banten)
Neangan luang ti papada urang, neangan luang tina daluang, neangan luang tina kalangkang, neangan luang tina haleuang.
Mayoritas masyarakat Desa Warungbanten, Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak, Banten masih memegang teguh adat tradisi (budaya) warisan nenek moyang (karuhun) yakni Kaolotan Adat Cibadak. Sejalan perkembangan jaman adat tradisi lokal semakin terkikis bahkan menghilang. Maka dari itu untuk mengimbangi perkembangan jaman (ngigeulan jaman), di Rumah Adat pada 3 Juli 2014 dalam acara ririungan bersama para kasepuhan diputuskan untuk mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang diberi nama TBM Kuli Maca.
Gerakan literasi di Desa Warungbanten melalui Taman Bacaan Masyarakat sejalan dengan petuah yang menjadi tradisi warga Adat Kaolotan Cibadak sebagaimana disebutkan di awal, terbagi dalam 4 kebiasaan atau tradisi yang telah ada sejak turun temurun; (1) Papada Urang; (2) Daluang; (3) Kalangkang; dan (4) Haleuang.
Saya akan memulai makalah ini dengan mencoba memaparkan gerakan literasi berdasarkan tradisi Adat yang hidup sejak turun temurun di Desa Warungbanten khusunya di Kampung Adat Kaolotan Cibadak.
Papada Urang
Neangan luang ti papada urang dapat diartikan mencari ilmu pengetahuan atau bisa juga diartikan peluang/ kemungkinan/ harapan yang dapat memajukan warga desa dilakukan melalui rembug atau musyawarah antar kasepuhan dan warga desa.
Melalui TBM Kuli Maca, nasihat Ti Papada Urang dijadikan semangat menjalin persahabatan secara terbuka dengan semua kalangan. Perlu diketahui bahwa tradisi Adat Kaolotan Cibadak yang inklusif sangat memungkinkan untuk membangun jaringan komunikasi dan kerjasama dengan semua pihak yang ditujukan untuk upaya pemajuan desa. Selain membangun jaringan antar penggiat literasi seperti Forum TBM dan Motor Literasi, TBM Kuli Maca juga ikut berperan aktif dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Yayasan Bina Desa, Sawit Watch, Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) dan lembaga lainnya.
Dalam waktu yang tidak lama keterlibatan dalam Forum TBM yang diketuai Firman Venayaksa dan Motor Literasi membuahkan hasil yang sangat signifikan dirasakan oleh warga desa. Pelbagai penghargaan pun diraih berkat kerja keras para relawan TBM Kuli Maca membawa Desa Warungbanten dikenal oleh Menteri Desa PDTT, Eko Putro Sandjojo dan Duta Baca Indonesia, Najwa Shihab. Begitupun dengan aktifitas di AMAN, Desa Warungbanten menjadi bagian dari gerakan pelestarian adat nusantara. Sementara aktifitas di Yayasan Bina Desa, warga Desa Warungbanten memulai tradisi pengolahan pertanian alami dan menghindari pupuk kimia. Sedangkan dengan Sawit Watch, kerja pemberdayaan masyarakat desa dikuatkan untuk menggali potensi ekonomi desa dan yang tengah dilakukan saat ini adalah bekerjasama dengan JKPP melakukan pemetaan wilayah desa dengan melibatkan warga untuk mengetahui batas-batas wilayahnya sendiri. Bersama JKPP Desa Warungbanten membuat Peta Desa yang akan diajukan ke Pemerintah untuk disahkan. Semua upaya yang dilakukan bersandar pada petuah para leluhur, yakni Neangan luang ti papada urang.
Daluang
Nasihat kedua petuah Karuhun yakni, Neangan luang tina daluang dijadikan semangat untuk mendekatkan warga Desa Warungbanten dengan buku. Daluang diartikan sebagai bahan bacaan yang selama ini keberadaannya sangat langka di tengah masyarakat desa, TBM Kuli Maca membuat program Minggu Membaca bertujuan untuk mengakrabkan buku kepada anak-anak desa melalui pelbagai kegiatan literasi yang dipusatkan di Rumah Adat Kaolotan Cibadak. Tidak hanya itu, anggapan minat baca masyarakat Indonesia yang selama ini sangat memprihatinkan ternyata tidak benar. Hal ini dibuktikan ketika TBM Kuli Maca membuat Pojok Baca di setiap RT/RW dan Pos Kamling/ Ronda, ternyata warga cukup antusias memanfaatkan bahan bacaan yang disediakan oleh para relawan Kuli Maca. Sehingga keberadaan TBM Kuli Maca mampu mengangkat Desa Warungbanten sebagai desa yang menginspirasi bagi desa-desa lainnya. Berbagi pengalaman dalam membantu mendirikan TBM di desa lain adalah bagian kerja nyata para relawan dalam upaya menularkan virus literasi ke seluruh pelosok negeri. TBM Kuli Maca membuat Taman Baca di Majelis Taklim dan Pondok Pesantren Sukalillah di Desa Ciherang. Banyaknya warga Desa Warungbanten yang putus sekolah membuat TBM Kuli Maca berencana membangun Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk tujuan membantu memberikan kesempatan bagi warga yang ingin melanjutkan pendidikan. Selain telah membangun Perpustakaan Desa, PKBM nantinya akan bekerjasama dengan Universitas Terbuka (UT) bagi warga belajar yang ingin melanjutkan kuliah setelah menempuh pendidikan kesetaraan dan mendapatkan ijazah Paket C.
Kalangkang
Nasihat ketiga yakni Neangan luang tina kalangkang diterjemahkan para pegiat TBM Kuli Maca sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya membangun gerakan literasi di Desa Warungbanten. Kalangkang diartikan sebagai bayangan, merupakan perwujudan visi misi Desa Warungbanten memajukan masyarakatnya. Melalui website Desa Warungbanten: www.warungbanten.desa.id seluruh upaya pemajuan desa terekam di dalam web tersebut. Seluruh program kerja desa dapat dibaca sebagai bagian transparansi pengelolaan Dana Desa. Pada 2017 lalu Ketua DPRD Boalemo, Provinsi Gorontalo beserta jajarannya berkunjung ke Desa Warungbanten untuk tujuan Studi Banding tentang penggunaan dan pengelolaan Dana Desa. Kalangkang juga diartikan sebagai bayangan atau cerminan masa lalu, bagi TBM Kuli Maca adalah sebuah ingatan bersama (memory collective) tentang ajaran luhur tradisi Adat Kaolotan Cibadak yang harus dijaga dan dilestarikan. Memanfaatkan media sosial, TBM Kuli Maca memasarkan produk kerajinan tangan etnik khas Warungbanten pasarnya adalah wisatawan di wilayah pantai Sawarna dan sekitarnya.
Haleuang
Nasihat keempat adalah Neangan luang tina haleuang. Mencari ilmu pengetahuan melalui kesenian tradisional dimana Haleuang dapat diartikan sebagai tembang atau bunyi-bunyian musik yang mengalun indah, tari-tarian yang menggambarkan kehidupan masyarakat Adat Kaolotan Cibadak sejak turun temurun, seperti kesenian Rengkong, Angklung Buhun dan Dogdog Lojor, Seni Tradisi Pencak Silat dan lain-lain. Kesemuanya itu adalah gambaran dari kehidupan masyarakat pertanian yang mengelola tanahnya sebagaimana aturan adat yang berlaku.
TBM Kuli Maca terus berupaya menggali potensi Desa Warungbantein dari pelbagai dimensi kehidupan masyarakat Adat Kaolotan Cibadak yang kaya akan kearifan lokalnya sebagai bagian dari warisan para leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan.
Desa Wisata Warungbanten, Sebuah Harapan
Sebagai penutup dari gambaran sekilas tentang kiprah TBM Kuli Maca dalam pengabdiannya kepada masyarakat Desa Warungbanten pada akhirnya adalah bagaimana masyarakat mampu meningkatkan taraf kesejahteraan hidup melalui gerakan literasi yang telah dibangun selama ini. Sebab jika ingin lebih lengkap mengetahui informasi Desa Warungbanten, silahkan datang dan kami akan merasa sangat senang. Senyum ramah warga desa menanti disana.
Desa Warungbanten yang dianugrahi oleh Allah Swt. memiliki keindahan alam yang diwariskan para leluhur untuk dijaga oleh generasi selanjutnya hingga turun temurun. Sebagian besar masyarakatnya yang hidup dengan bertani, mengikuti adat tradisi yang dalam setiap tahunnya dirayakan Upacara Adat Seren Tahun adalah gambaran prosesi kehidupan masyarakat adat sejak jaman dahulu hingga sekarang. Alam yang indah di Desa Warungbanten dimana terdapat Hutan Adat yang dijaga jangan sampai dirusak, yakni Dungus Ki Bujangga.
Di dalam Dungus Ki Bujangga terdapat sebuah situs berupa batu yang oleh Kaolotan Adat disebut Batu Tumpeng atau Batu Nyungcung adalah warisan budaya peninggalan jaman megalitikum. Sumber mata air yang jernih adalah harta karun yang terdapat di dalamnya tidak boleh dicemari apalagi diekploitasi, menjadi denyut nadi bagi kehidupan masyarakat Desa Warungbanten.
Memiliki alam yang indah, warisan budaya yang masih lestari dan penduduk yang ramah dan saling peduli. Serta budaya gotong royong dalam membangun desa masih kuat dalam kehidupan sehari-hari. Bukan tidak mungkin kedepan TBM Kuli Maca menjadikan Desa Warungbanten sebagai Desa Wisata Budaya.
Sebagaimana disebutkan keceradasan di era milenial mensyaratkan adanya empat kecerdasan, yakni kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Dengan enam literasi dasar yang menjadi senjata bagi upaya pemajuan masyarakat untuk membangun kesejahteraan. TBM Kuli Maca bertekad menjadikan Desa Warungbanten sebagai Desa Metropolitan. Menjadi tujuan bagi turis lokal maupun manca negara untuk berkunjung melihat bukti-bukti peradaban bagaimana manusia memuliakan alamnya. Menjadi tujuan bagi para back packer maupun penulis dan sastrawan untuk berwisata literasi menggali inspirasi di tengah keindahan alam dan karamahan warganya.[]
Makalah ini disampaikan pada World Book Day, Hari Kartini dan Hardiknas 2018, Rumah Dunia April 2018