Oleh. Atep Kurnia*
Pada awal zaman Revolusi Indonesia, daerah Padalarang termasuk yang pertama-tama dikuasai lagi oleh pihak Sekutu dengan bantuan tentara NICA yang turut membonceng.
Pada 24 April 1946, pihak Inggris di Bandung mengabarkan bahwa di Padalarang, sebelah barat Cimahi pada jalur kereta api Batavia ke Bandung, pasukan India Inggris telah mengamankan area di sekitar stasiun transformator dan Pabrik Kertas Padalarang, tanpa adanya perlawanan. Sementara dua serangan dari pihak Republik Indonesia yang cukup lemah dapat dipatahkan. Namun, tiga orang tentara bangsa India Inggris terluka. Pasukan zeni kemudian sibuk memperbaiki stasiun pembangkit (Provinciale Drentsche en Asser Courant dan Het Dagblad, 25 April 1946).
Di sisi lain, pemerintah Republik Indonesia mulai menerbitkan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) sejak tahun 1946. Menurut Rupiah di Tengah Rentang Sejarah: 45 tahun uang Republik Indonesia, 1946-1991 (1991: 11), Dasar hukum dikeluarkannya ORI adalah Undang Undang No 17 tahun 1946 bertanggal 1 Oktober 1946 yang menetapkan bahwa mulai tanggal 23 Oktober 1946 ORI mulai
diedarkan. Untuk itu pada tanggal 24 Oktober 1945 Menteri Keuangan Mr. A.A Maramis menginstruksikan Serikat Buruh Percetakan G. Kolff Jakarta untuk bertindak selaku Tim Pencari Data menemukan per cetakan uang yang teknologinya relatif mo dern dan memadai. Sebagai hasilnya dilaporkan bahwa percetakan G. Kolff Jakarta yang dikuasai Serikat Buruh dan Percetakan Nederlands Indische Metaalwaren en Emballage Fabrieken (NIMEF) di Kendalpayak Malang memenuhi syarat. Akhirnya, R.A.S. Winarno dan Joenet Ramli, yang bertanggung jawab atas produksi perdana ini, berhasil memunculkan emisi pertama ORI pada akhir bulan Oktober 1946.
Sebagai sambutan terbitnya ORI, Wakil Presiden Mohammad Hatta berpidato di RRI Yogyakarta. Antara lain ia menyatakan, “Besok tanggal 30 Oktober 1946 adalah suatu hari yang mengandung sejarah bagi tanah air kita. Rakyat kita menghadapi penghidupan baru . Besok mulai beredar Uang Republik Indonesia sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah. Mulai pukul 12 tengah malam nanti, Uang Jepang yang selama ini beredarsebagai uang yang sah, tidak laku lagi. Beserta dengan uang Jepang itu ikut pula tidak berlaku uang De Javasche Bank. Dengan ini tutuplah suatu masa dalam sejarah keuangan Republik Indonesia. Masa yang penuh dengan penderitaan dan kesukaran bagi rakyat kita” (Rupiah di Tengah Rentang Sejarah: 45 tahun uang Republik Indonesia, 1946-1991, 1991: 12).
Menurut Suwarno Harsono dan Michell Suharli (ORIDA: Oeang Republik Indonesia Daerah, 1947-1949, 2020: 3-4), Menteri Keuangan Mr. A.A Maramis menyusun rencana untuk menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI) dengan membentuk Panitia Penyelenggaraan Percetakan Uang Kertas Republik Indonesia. Dalam proses pembuatannya, ada beberapa pihak yang terlibat seperti percetakan seperti Balai Pustaka Jakarta sebagai pembuat desain dan bahan-bahan induk (master) serta Abdulsalam dan Soerono, dua sosok yang dipercaya menjadi pelukis pertama ORI. Percetakan ORI sendiri dilakukan di Percetakan Republik Indonesia, Salemba, Jakarta, yang berada di bawah Kementerian Penerangan.
Yang menarik, bahan cetak ORI adalah kertas yang dihasilkan dari Pabrik Kertas Padalarang. Menurut Harsono dan Suharli (2020: 4), “Percetakan ORI mulai dijalankan pada Januari 1946 dan dikerjakan setiap hari mulai pukul 7 pagi hingga pukul 10 malam. Proses pengerjaan ini tidak tanpa hambatan. Situasi keamanan yang tidak kondusif dan suasana politik yang memanas pada Mei 1946 membuat aktivitas percetakan ORI dipindahkan ke beberapa daerah, salah satunya Yogyakarta. Bahan baku kertasnya yang ada di Padalarang juga dibawa dan disebar ke beberapa tempat penyimpanan di Yogyakarta, seperti pabrik gula, rumah Pangeran Purbodirdjo di Kampung Patangpuluhan, dan gudang percetakan bekas Kolff Buning”.
Keterangan foto:
Beberapa Oeang Repoeblik Indonesia (ORI), yang dicetak menggunakan kertas dari Pabrik Kertas Padalarang. Sumber: djkn.kemenkeu.go.id.
*Pengurus Pusat Forum TBM Divisi Litbang