Membaca cerita-cerita dari Antologi Karya Cerita-Cerita Hari Ahad lagi-lagi membuktikan bahwa praktik menulis yang sempurna telah dijalani peserta Bennyinstitute Writing Class (BWC) Angkatan I. Hampir tidak pernah dilakukan pada kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah resmi, kalaupun ada hanya di SK KD saja atau dijelaskan oleh pendidik seperti, Menulis adalah … dan Membaca adalah …. atau peserta didik diperintahkan menulis tentang ini itu tanpa mengolah hasil tulisan yang baik itu yang bagaimana.

Antologi setebal 116 halaman yang memuat karya 28 penulis alumni BWC I ini memiliki kejutan tersendiri dari kisah cinta (seperti nyata di film-film) yang sangat jarang dijumpai pada tiap-tiap Antologi. Disusun penempatan puisi Shafira di awal dan cerita dari Agus setelahnya. Puisi-Puisi Shafira Amellya Satu-satunya penulis yang menyumbang karya Puisi dalam Antologi Cerita-Cerita Hari Ahad. Puisi yang berjudul Malam dan Rupamu Bulan bertemakan rindu. Puisi Malam menceritakan sosok yang masih tertinggal selalu dikenangnya dalam sunyi. Namun dirinya tak sepadan sosok itu atau sosok itu menganggap dirinya tak berarti. Hingga dikali kedua ia takut pada sosok baru yang hadir bilamana akan melakukan hal serupa. Puisi Rupamu Bulan menceritakan lanjutan kisah Puisi Malam tentang sosok baru yang hadir itu telah memberi obat pada lukanya di masa lalu. Tersambung pada Kenangan Dan Cinta Baru Yang Bisu, karya Agus condong pada ungkapan rasa lewat surat cinta. Tertulis di sana, secara keseluruhan aku (tokoh utama) menyatakan perasaannya pada gadis yang ia kenal di kelas menulis. Shafira dan Nadia memiliki kebiasaan dan wajah yang sama. Tokoh aku telah kehilangan kekasih Nadia karena terpisahkan alam. Kehadiran Shafira membawa kehidupan baru bagi dirinya.

Lalu dilanjutkan dengan beberapa kisah penyemangat: Nyala Di Sungai Lilin, Pakde Darno tokoh impian yang hampir tidak mungkin ada di kehidupan nyata. Penulis berhasil menggambarkan tokoh protogonis panutan, berniat tulus mencurahkan seluruh kecerdasannya untuk memberantas kebodohan bangsa tanpa pamrih dengan meninggalkan segala sistem pendidikan politik dan memulai mendidik di tempat tak terjamah ilmu.; Sakura, menceritakan Aku (tokoh utama) seorang anak tunggal yang tuna daksa setelah mengalami kecelakaan (bukan bawaan lahir). Tokoh Aku sering mendapatkan hinaan atas segudang prestasinya, sehingga ia bermimpi akan ke Jepang. Atas kerja keras impinnya itu terwujud. Namun karena kekurangannya, tokoh Aku harus membayar impiannya yang telah nyata itu dengan nyawanya. Namun tokoh Aku tidak menyesal karena baginya ini adalah inspirasi bagi adiknya (masih berada di kandungan ibunya) bahwa kekurangan bukanlah rintangan terbesar karena ada yang jauh lebih besar dari itu ialah semangat;
Solilokui Sey, seorang gadis pintar Syaelia yang pindah ke sekolah baru karena orang tuanya dipindah tugaskan. Di sekolahnya yang baru ia tergabung dalam geng yang dikatakan nakal. Banyak kenakalah (selayaknya remaja) yang ia lakukan bersama teman-temannya sehingga banyak pula hukuman yang ia jalani bersama. Ending cerita ini cukup menjadi cerita nostalgia yang indah dan menarik: ia dan para sahabatnya belajar dari kesalahan dan sukses di masa depan.

Judul cerita Solilokui Sey kemungkinan ialah gabungan nama-nama dari geng tersebut.; Sahabat Surgaku, kisah tiga sahabat yang sangat menyentuh hati. Kenakalan remaja yang berlebihan berujung kesengsaraan. Cerita pertobatan nan manis. Sangat indah tapi terlalu singkat.; Awal Pertemuan, tokoh Andre yang merupakan anak baru di sebuah sekolah, yang mampu mengubah Agustini (tokoh utama) menjadi lebih rajin belajar dan lebih baik lagi.; dan Dia, kisah organisasi pamanjat tebing yang berakhir naas.

Bukan Aisyah, menceritakan Maya tidak seperti perempuan kebanyakan: bersedia dimadu. Bahkan maya sendirilah yang merekomendasikan suaminya untuk menikahi gadis pilihannya. Semua itu tidak sertamerta, Berita mampu memberikan alasan juga pesan yang begitu dalam: Bahwa kesempurnaan wanita bukan terletak pada karirnya, wanita yang berbahagia saat menjadi wanita seutuhnya (seorang ibu). Dimulai dengan dialog yang menuntun pembaca bertanya ini cerita apa? Kemudian menuntun pembaca untuk segera menyelesaikannya. Cerita ini khusus untuk pembaca yang terlalu mendewakan kata emansipasi wanita. Disusul dengan Alkisah Pengkhianatan, seorang pemburu yang selalu membunuh para binatang di hutan. Mendengar peristiwa ini Kancil berupaya membalas dendam pada anak si pemburu dengan cara merubah dirinya menjadi manusia. Akbar mampu melahirkan cerita baru dan sangat menarik melalui karya ini. Hanya saja ia harus banyak belajar dan menyadari dongeng tertuju bagi anak-anak. Dengan menanamkan beberapa pesan kebaikan, secuil kalimat lucu, juga ending yang memberikan pelajaran, Akbar berpotensi manjadi pendongeng yang mahir.

Beberapa cerpen menarik lainnya sengaja tidak dikupas di sini. Mungkin akan lebih baik kalau Anda menikmatinya langsung dan memiliki penilaian tersendiri terhadapnya.

Akhirnya, tolak ukur hasil tulisan selalu berbanding dengan membaca. Tentunya copy-paste akan diminimalisir dengan hadirnya kelas-kelas menulis, salah BWC yang merupakan kabar gembira tidak bagi beberapa orang sebagai pengapresiasian bakat individu, bahkan lebih dari sekedar wadah dari harapan-harapan yang terburu-buru ingin dimuntahkan segera lewat tulisan. Tentunya BWC secara tidak langsung membantu pemerintah (unit terkecilnya pendidikan di sekolah) dalam pelaksanaan program perwujudan karakter dan bangsa yang literat sepanjang hayat. Semoga harapan demi harapan agar kelas-kelas menulis lainnya dapat tumbuh dan berkembang di daerah tiap pelosok negeri berubah kenyataan. Selamat. Patut ditingkatkan!

 

* Elida Nurhabibah, penulis dan Ketua FLP Lubuklinggau (2012-2013)