Guna mendorong pengembangan minat baca, dalam salah satu sesi, FLI (Festival Literasi Indonesia) meluncurkan buku Multiliterasi: Integrasi Enam Literasi Dasar yang dipandu langsung Pengurus Pusat Forum TBM, Heri Djuhaeri. Hadir sebagai pembicara, Dr. Cecep Suryana, M.M., Kapokja Kemitraan Daerah dan Pemberdayaan Komunitas, Direktorat PMPK, bersama Vudu Abdul Rahman, pendiri Mata Rumpaka, Kota Tasikmalaya, Kubu Raya, Sabtu (29/9/2022).

Cecep Suryana mengapresiasi terbitnya buku yang berada di hadapan peserta FLI. Buku yang menghimpun tentang kegiatan dan praktik baik pegiat literasi di seluruh Indonesia sangat penting untuk terus diproduksi dan disebarluaskan. Oleh karenanya, enam literasi dasar benar-benar menjadi sesuatu yang urgen untuk terus dibicarakan dan digerakkan. Sehingga, para pegiat literasi dan TBM tidak terjebak pada aktivitas di satu ruang, baca-tulis.

Dari awal acara di Kubu Raya mendapat respon baik dari pihak pemerintah. Bahkan, Bupati Kubu Raya sudah melaksanakan kegiatan multiliterasi dengan beberapa kebijakannya. Tentu hal ini menjadi medium baik untuk pegiat literasi.

“Saya tidak akan menceramahi peserta, karena pada dasarnya di lapangan teman-teman sudah melakukan aktivitas multiliterasi,” begitu yang dipaparkan Vudu. Dia juga menyinggung tentang kerja-kerja pegiatn TBM seperti Budi yang bercerita audio book dan difilmkan dari buku. Dalam buku Multiliterasi: integrasi Enam Literasi Dasar menawarkan sebuah gagasan bahwa buku dalam enam literasi dasar bisa diintegrasikan, seperti teman-teman yang menyoroti tumbuh-tumbuhan untuk divisualkan menjadi teks atau buku.

Teman-teman pegiat TBM, komunitas dan guru di sekolah sudah menggabungkan enam literasi dasar dalam kesehariannya. Tentu hal ini sesuai dengan kondisi masing-masing di lapangan. Katakanlah, ada sepuluh anak yang di antara mereka ada yang suka membaca, menulis dan menggambil juga bercerita, kemudian dari anak-anak itu digabungkan menjadi satu karya yang mewakili dari beberapa keahlian tersebut, itulah multiliterasi.