Categories
TALI INTEGRITAS

Pendidikan Untuk Mengikat Integritas

Bagaimana kita menyelami kedalaman hakikat dari sebuah bangsa? Tentu saja harus terus mengikuti bagaimana perkembangan kesejahteraan masyarakatnya. Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang merangkak menuju kepada kesejahteraan. Walaupun sepertinya disintegrasi bangsa sekarang ini sedang di uji dan mungkin sengaja dicipta oleh sebagian elit untuk kepentingan tertentu.

Bangsa yang sejak dulu dikunjungi oleh bangsa luar seharusnya sudah biasa beradaptasi dengan berbagai kebudayaan. Sejak dulu masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dari urusan kepentingan ekonomi.

Permaslahan kesejahteraan masyarakat Indonesia selalu dihantui oleh sosok lama yang selalu melekat pada bangsa ini. Korupsi, menjadi fokus masalah bagi kita semua. Masyarakat harus ikut serta dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Karena prilaku korup itu yang membuat bangsa kita lambat bergerak menuju kesejahteraan.

Menurut pemateri di KPK pada acara Tali Integritas yang diikuti oleh para pegiat literasi di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut lelaki yang akrab dipanggil Koko itu mengatakan seharusnya Ibu-ibu yang belanja dipasar bisa lebih murah membelanjakan uangnya karena barang-barang bisa menjadi murah jika saja kegiatan ekonomi tidak disertai dengan prilaku korup para pelaku ekonomi. Termasuk para pejabat yang punya kewenangan.

Maka sebagai bentuk kepedulian kita terhadap pemberantasan korupsi adalah melibatkan para pendidik termasuk pengelola TBM untuk bersinergi mengajarkan integritas kepada generasi Indonesia.

TBM Saung Huma sebagai salah satu peserta tali integritas KPK ikut menggunakan bahan ajar anti korupsi yang diproduksi oleh pusat edukasi anti korupsi.

Anak harus dilibatkan pada kegiatan Integritas karena merekalah yang akan mengisi Indonesia di masa depan. Jadi pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia bukan hanya pada pengembangan keahlian produksi, tetapi juga pada pengembangan karakter.

“Kita adalah angkatan gagap yang diperankan angkatan kuarang ajar” larik puisi Rendra tersebut mencerminkan bagaimana bangsa Indonesia seolah diwarisi prilaku korup.

Orangtua adalah cerminan prilaku kita semua. Ketika kita lulus dari sebuah sekolah dan diajarkan oleh guru-guru kita tentang  kebaikan, tentang integritas dan kita yakini bahwa itu adalah nilai mutlak sebagai nilai kebenaran.

Saat kita lulus dari sekolah, Guru kita masih mengajar dan kita menjadi penjaga toko yang menyediakan ATK. Suatu hari guru kita datang membeli ATK dan kita merasa sangat senang sekali karena bertemu kemabli dengan guru yang mengajarkan kebaikan setiap harindi depan kelas.

Selesai belanja kita berikan nota sebagai bukti pembayaran. Guru kita itu berbisik dan mengatakan bahwa dia meminta kwitansi yang sudah distempel, dan dengan senang hati kita berikan, karena tahu untuk laporan. Ketika kita berikan dengan angka sejumlah rupiah yang sama dengan yang telah dihabiskan, guru kita itu menolak dan meminta kwitansi kosong, juga dengan nota yang kosong juga. Untuk apa? kita tentu tahu selanjutnya apa yang akan dilakukan dengan kwitansi dan nota kosong itu?

Sambil melayani pembeli yang lain, kita kenangkan lagi pepatah yang sudah guru-guru kita ajarkan mengenai kebaikan dan integritas.

Cerita rekaan diatas tentu bisa saja terjadi didalam kehidupan kita.

Maka mengajarkan integritas adalah mengajar diri kita untuk terus mengikat integritas. Maka mari menjaga integritas dari diri kita sendiri, sebagai nilai hakiki dalam diri kita sendiri.

Mari terus mengajarkan integritas, mari  menjaganya agar sejalan dengan hati nurani kita.[]

Leave a Reply