Rangkaian ‘Magang Pegiat Literasi 2020’ memang sudah selesai sejak bulan Oktober 2020 lalu, tepatnya tanggal 13 hingga 26 Oktober 2020. Mengikuti protokol kesehatan selama pandemi Covid-19, kegiatan tahunan yang kali ini harus dilaksanakan secara daring di sebagian besar lokasi tersebut telah berlangsung dengan sukses di 10 provinsi terpilih, yaitu Daerah Istimewa Aceh (TBM Ar-Rasyid), Banten (TBM Damar 26), Jawa Barat (TBM AIEUO Komunitas Ngejah), Jawa Tengah (Rumah Kreatif Wadas Kelir), Jawa Timur (Ruang Belajar Aqil), Daerah Istimewa Yogyakarta (TBM Helicopter), Kalimatan Tengah (TBM Ransel Buku), Bali (Yayasan Kanaditya), Sulawesi Tengah (Nemu Buku) dan Nusa Tenggara Timur (TBM Acil).
Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah sambutan yang diberikan oleh Dr. Samto selaku Direktur di Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dr. Samto menekankan pentingnya jiwa kerelawanan untuk meningkatkan fungsi TBM di lokasi masing-masing. Relawan merupakan ‘poros’ bagi keberlangsungan suatu TBM.
Dr. Samto juga menegaskan bahwa fungsi TBM bukan hanya menyediakan bahan bacaan untuk masyarakat yang baru mengenal aksara untuk mampu meningkatkan literasinya, namun juga TBM harus bisa mengedukasi masyarakat secara luas tentang kegemaran membaca atau meningkatkan budaya membaca dalam masyarakat. Menurut data yang ada tercatat 98,2 persen masyarakat Indonesia sudah bisa membaca. Namun, kenyataan di lapangan masih meragukan mengenai berapa persen yang mau dan bisa membaca dengan baik. Di sinilah peran para Pegiat Literasi untuk terjun dalam aksi nyata dalam masyarakat.
Tak hanya tentang budaya membaca, Dr. Samto juga mengulik tentang tantangan bangsa terhadap informasi ke depannya akan semakin besar terkait dengan perkembangan teknologi abad 21. Untuk itu, enam literasi dasar haruslah menjadi fondasi di setiap TBM karena inilah hal-hal mendasar tentang literasi itu sendiri. Di abad 21, kondisi perubahan sangat cepat dan tidak menentu. TBM haruslah mampu mengedukasi masyarakat untuk mengantisipasi perubahan ini. Hal-hal yang saat ini menjadi cita-cita kita, bisa jadi cita-cita tersebut tidak ada lagi di 5 hingga 10 tahun mendatang karena akan muncul profesi baru atau teknologi baru lainnya. Menghadapi tantangan tersebut, Dr. Samto menegaskan bahwa harus ada upaya untuk menguasai empat kompetensi agar bisa bersaing di masa depan, yaitu berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi dan kreatifitas.
Dr. Samto juga menjabarkan empat kompetensi tersebut sebagai berikut:
- Berpikir kritis: Masa depan tidak bisa kita kondisikan sejak sekarang. Nantinya, banyak profesi masa kini yang akan hilang di masa depan. Tugas TBM dan Pegiat Literasi untuk mengedukasi masyarakat untuk berpikir kritis, yaitu mengenali masalah yang terjadi, menganalisa masalah hingga mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah dan berpikir secara kontekstual. Sejak dini, sebaiknya masyarakat sudah dilatih untuk melakukan cara memecahkan masalah. Ingatlah bahwa setiap fenomena akan ada hubungan satu dengan yang lainnya.
- Kolaborasi: Jelas, kolaborasi merupakan hal yang sangat penting di saat seperti ini. Untuk berkembang, tentunya kita harus mengandalkan kerjasama dengan banyak pihak. Jika tidak mampu berkolaborasi, kita akan terkucilkan, ketinggalan informasi penting hingga kehilangan sumber daya yang potensial. Saat ini sudah bukan lagi jaman kompetisi, namun inilah jaman kolaborasi.
- Komunikasi: Semua informasi begitu cepat datang, bahkan kita sulit membedakan informasi tersebut benar atau tidak. Kemampuan kita dalam komunikasi haruslah mampu memilah dan memilih informasi tersebut berdasarkan 3B, yaitu “Benar, Baik, Bermanfaat”. Informasi tersebut mungkin benar, namun belum tentu baik jika kita sampaikan ke orang lain. Benar dan baik pun, belum tentu bermanfaat. Sebagai contoh, suatu aib itu benar terjadi, namun apakah baik jika kita sampaikan ke orang lain dan apakah bermanfaat jika orang lain mengetahuinya. Untuk itulah, kita harus benar-benar menyaring semua informasi berdasarkan 3B tersebut dalam berkomunikasi. Jika semua Pegiat Literasi menjadikan 3B ini sebagai fondasi mereka dalam berkomunikasi, tidak aka nada hoax atau berita viral yang menjadi konsumsi banyak orang karena berita tersebut hanya akan berhenti pada orang yang mendapatkannya. Pengelola TBM harus mampu menyaring segala informasi agar tidak menyebarkan berita hoax yang sekarang begitu luar biasa.
- Kreativitas: Kita perlu meningkatkan kreatifitas diri terkait dengan terjadinya perkembangan yang begitu cepat dan kondisi yang serba tidak menentu ini. Dasarnya adalah berpikir kritis memecahkan masalah, kemudian kita bisa keluar dari kebiasaan rutin kita untuk mencari jalan lain yang lebih cepat, lebih akurat dan lebih baik.
Semua ini akan memunculkan ide-ide bagaimana mengembangkan semua hal tersebut di TBM masing-masing karena belum tentu sumber daya manusia di setiap TBM itu sama serta selera masyarakat yang tentunya berbeda di setiap wilayah. Untuk itu, pengelola harus betul-betul melihat konteks TBM masing-masing.
Beberapa hal penutup yang disampaikan oleh Dr. Samto yang patut menjadi inspirasi kita adalah sebagai berikut:
- Kita harus bisa menguasai ketrampilan abad 21
- Apabila ingin sukses atau memenangkan persaingan, kita harus memiliki karakter yang kuat. Ada dua karakter yang harus kita pegang, yaitu karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral, yaitu integritas, kejujuran dan tata krama. Karakter kinerja, yaitu ketekunan, kerja keras, pantang menyerah, kesabaran dan tahan banting.
- Niatkan dulu untuk membuka TBM dan buatlah jejaring. Buatlah banyak kegiatan agar orang melihat. Berbuat dulu yang terbaik, maka bantuan pun pasti datang. Garis besarnya adalah cari nama dulu / berdedikasi dulu di TBM, maka rejeki pasti datang mengikuti.
- Jatuh bangun itu adalah hal biasa dan harus dijalani. Jangan selalu membuat alibi untuk menyalahkan pihak lain karena kita pun harus introspeksi diri.
- Jangan ingin cepat sukses dengan cara instan karena nanti gagalnya pun juga instan.
- Buatlah TBM dengan ciri khas masing-masing dengan pelayanan yang berbeda karena masyarakat sekitar pun berbeda.