Categories
KOLOM KANG MAMAN

Praktik Baik Literasi

Saya senang dengan istilah PRAKTIK BAIK LITERASI yang berulang-ulang diucapkan sahabat saya Wien WM Muldian dalam setiap pertemuan dengan saya, dan juga di grup WA FTBM (Forum Taman Bacaan Masyarakat), dan Diskusi Literasi Lokal. Tentu ini langkah lebih jauh di dunia literasi setelah “pintunya dibuka” oleh kemampuan dan kecakapan baca, tulis, hitung–menjodohkan buku dengan pembaca, di antaranya. Praktik baik bisa diterapkan dalam keseluruhan dari 6 literasi dasar menghadapi abad 21 ini: baca-tulis, numerik, finansial, digital, sains, budaya dan keberagaman.

Pagi tadi, saat membaca cuitan-cuitan di medsos, sambil mengaji Al Hikam, misalnya, kutemukan praktik baik literasi digital, yang bisa diterapkan dalam keliterasian lainnya, bahkan sampai ke literasi “tingkat tinggi” : literasi hati (Ceileh…. bisa aja istilah lu, Man 🤑🤑). Hal itu pun kucuitkan di twitter dalam “kultum” – kuliah 7 cuitan :

1. Kalau ada kata dan kalimat-kalimat aneh, diemin aja, akan padam sendiri. Kalau dihebohin, ya memang maunya si penyulut kata dan kalimat itu. Dia nyalakan api, kalian siramkan minyak.

2. Kata Ibnu Atha’illah, saat seseorang merasa sempit karena tak diberi dan merasa lapang saat diberi, itu pertanda bahwa ia ( baru hanya) mempedulikan kepentingan dan maslahatnya. Belum selesai dengan dirinya. ‘Ubudiyahnya belum tulus

3. “Apabila kau gembira ketika diberi karunia olehNya dan kecewa saat ditolakNya, simpulkanlah bahwa itu adalah bukti dari kekanak-kanakanmu dan ketidaktulusan penghambaanmu.”

4. Tapi, kata Ibnu Atha’illah, itu jangan sampai membuatmu putus asa dari kelurusan dan keseimbangan ahwal-mu dengan Tuhanmu. Tak ada yg mustahil utk beristikamah setelah berbuat salah

5. Kuncinya:
” Jika kauingin dibukakan pintu asa, lihatlah karuniaNya kepadamu. Namun, jika kauingin dibukakan pintu takut lihatlah amal yg kaupersembahkan kepadaNya.”

6. Tempat terbitnya cahaya ilahi adalah hati dan relung batin.
Sirami selalu dengan sikap:
“Jika seorang mukmin dipuji di hadapan mukanya, keimanan akan bertambah dalam hatinya.”

7. Tempat terbitnya cahaya maknawi yg berupa bintang PENGETAHUAN, bulan ILMU dan matahari TAUHID adalah HATI & RELUNG BATIN. Hati orang ‘arif, seumpama langit yang di dalamnya seluruh bintang bersinar.

Sudah lama sekali lahir kalimat, “literasi itu untuk menyejahterakan.” Wien sangat tahu itu 🙏🙏🙏 . (Salut, respek!)

Kalau pakai “bahasa kalbu” (literasi hati), literasi itu memberdayakan, bukan memperdayakan. Dari tidak bisa baca tulis menjadi melek huruf dan angka; dari tidak tahu menjadi tahu; dari tidak mampu menjadi mampu; dari tidak berdaya menjadi berdaya. Dan, mari buka Al Baqarah: minadz dzulumati ilan nur. Dari kegelapan menuju nur-cahaya. Sahabatku lintas iman menyebutnya: jadilah terang.

Jadi menarik ketika teman-teman FTBM memutuskan Membaca Kartini sebagai tema World Book Day kali ini. Tentu semua sudah tahu darinya kita mengenal Habis Gelap Terbitlah Terang. Dan dariNya, Kartini menemukan kalimat itu.

Selamat Hari Senin

Teruslah melakukan praktik baik literasi…

 

Maman Suherman

Leave a Reply