“Dulu, sebelum ada plastik dan pabrik-pabrik, orang tua kita membungkus nasi atau ikan dengan daun jati. Selain membuat nasi dan ikan jadi harum, bungkus daun jati juga lebih awet daripada plastik”

(Darmawan Denassa)

Masihkah ada nasi yang dibungkus oleh daun jati? Dan pernahkah kita mendengarkan kakek atau nenek kita dulu bercerita tentang keindahan alam, kekayaan flora dan fauna yang ada di sekitar kita? Pernahkah kita melihat orang memakai lipstik dari dari daun jati?

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang mungkin saja dapat dengan mudah dijawab, tetapi akan sangat panjang didiskusikan apabila di dalamnya terdapat perubahan budaya. Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah literasi dapat menangkal serta menjawab pertanyaan di atas? Kita akan menihat praktik baik dari TBM Rumah Hijau Denassa berikut ini.

Apabila melihat metode pengajaran pedagogi, maka akan mendapatkan beragam model pedagogis untuk literasi anak muda dan orang dewasa yang digunakan dalam pembelajarannya. Misalnya, keefektifan pendekatan pedagogis yang berpusat pada pembelajar yang mengenali kebutuhan belajar khusus orang dewasa, seperti yang dicontohkan oleh teori humanistis andragogi milik Malcolm Knowles, yang secara luas diakui oleh pembuat kebijakan, praktisi, dan peneliti. Program literasi yang akan datang juga dapat mengambil manfaat dari pengembangan teknologi dan ilmiah, termasuk pengajaran dan pembelajaran yang didukung teknologi digital dan pengadopsian pengetahuan dan wawasan terbaru yang dihasilkan dalam berbagai bidang seperti sains kognitif.

Inti dari pelajaran andragogi yang disampaikan Knowles, terangkum pada aktivitas yang dikembangkan oleh Rumah Hijau Denassa.

Rumah Hijau Denassa dibuat untuk menyelamatkan kekayaan hayati, juga sebagai tempat konservasi dan edukasi. Denassa sendiri sebagai pendiri Rumah Hijau Denassa telah menekuni tanaman selama belasan tahun.

Pendirian Rumah Hijau Denassa bukan tanpa alasan, bertolak dari keprihatinan atas tindakan penambangan yang marak terjadi di Kabupaten Gowa, pada 2007, Denassa tergugah untuk mendirikan Rumah Hijau Denassa.

Hingga kini, ada lebih dari 500 koleksi jenis tumbuhan lokal, endemik, dan langka yang tumbuh di Rumah Hijau Denassa, hidup berdampingan dengan puluhan fauna.

Banyak tanaman yang sudah hampir punah dan hanya bisa ditemukan di Rumah Hijau Denassa. Tak kalah penting, area seluas 1,1 hektar yang berlokasi di Jl. Borongtala No. 58 A, Tamallayang, Bontonompo, Gowa ini tidak hanya bisa diakses oleh warga lokal saja, tetapi juga bagi orang-orang lain dari luar daerah.

Denassa sejak 2007 melakukan konservasi secara intensif dalam pembibitan dan penanaman ratusan jenis tanaman. Tak hanya itu, Denassa juga mengumpulkan kisah tanaman dari berbagai perspektif, mulai dari sosiologi dan ekonomi, hingga kultural dan keagamaan. Semua itu dilakukan sebagai ihktiar menjaga keberlangsungan tanaman.

Tahun 2014, Denassa mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM) Denassa. Keberadaan TBM Denassa tentu membuat kawasan edukasi dan konservasi Rumah Hijau Denassa kian lengkap dan menarik. Ratusan judul buku anak tersedia di sana, berdampingan dengan ratusan judul buku lain dari berbagai genre dan tema.

TBM Rumah Hijau Denassa dan Kedekatan dengan Alam

Bermula dari keresahan personal dengan banyaknya tambang serta praktik penambangan di Kab. Gowa yang merusak ekosistem alam dapat memantik Denasaa dalam melakukan sebuah tindakan positif mendirikan TBM Rumah Hijau Denassa.

TBM Rumah Hijau Denassa yang semula muncul dari keresahan personal, telah bertransformasi menjadi kesadaran kolektif dalam proses The Need to Know dan The Role of the Learner’s Experiences. Kesadaran multiliterasi yang dibangun oleh TBM Rumah Hijau Denassa lebih pada bagaimana keresahan masyarakat direspon oleh praktik literasi sains secara real.

The Need to Know dalam hal ini adalah banyaknya jenis-jenis tanaman yang dikonservasi oleh TBM Rumah Hijau Denassa yang dapat digali serta dipelajari satu per satu. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa Denassa menjelaskan tanaman dapat dilihat dari berbagai perspektif, mulai dari sosiologi dan ekonomi, hingga kultural dan keagamaan. Pembelajar tentu akan dengan senang belajar di alam terbuka, dengan suasana nyaman, serta literatur yang lengkap di TBM Rumah Hijau Denasa.

The Role of the Learner’s Experiences adalah pembelajar memiliki banyak pengalaman yang dapat menjadi sumber belajar bagi dirinya. Pada konteks TBM Rumah Hijau Denassa, pembelajar akan banyak berkelindan dengan pembelajar lain serta flora dan fauna yang ada di labolatorium TBM Rumah Hijau Denassa.

Dari kedua konsep di atas, multiliterasi berjalan dengan memberikan efek yang signifikan pada kesadaran kolektif dalam konservasi alam. Selain itu, praktik multiliterasi yang dilakukan oleh TBM Rumah Hijau Denassa menjadi sebuah gerakan penyelamatan bumi melalui literasi sains.

TBM Rumah Hijau Denassa adalah contoh yang baik dalam konservasi alam secara nyata dengan membuat hutan buatan di tanah seluas 1,1 hektar. Hutan buatan tersebut kini dijadikan tempat penelitian, ruang konservasi, serta tempat yang nyaman untuk belajar tentang flora dan fauna. Tidak sedikit orang-orang dari luar daerah yang datang ke TBM Rumah Hijau Denassa, sekadar ingin tahu serta berdiskusi terkait konservasi alam yang dilakukan oleh TBM Rumah Hijau Denassa. Buah dari kerja keras yang dilakukan oleh TBM Rumah Hijau Denassa, tahun 2021 mendapatkan penghargaan Kalpataru.

Layanan Membaca yang Terintegrasi dengan Alam

TBM Rumah Hijau Denassa buka setiap hari dari pukul 09.00 – 16.30 Wita. Banyak koleksi buku-buku bagus dan bermutu yang dapat dijumpai ketika berkunjung ke TBM Rumah Hijau Denassa. Buku-buku tersebut diantaranya adalah buku sastra, sejarah, budaya, motivasi, hingga buku agama. Serta tentunya tidak ketinggalan buku-buku tentang flora dan fauna.

Konsep Taman Bacaan Masyarakat dipilih oleh Denassa untuk mendorong warga dan pengunjung lebih dekat dan tertarik dengan buku. Terlebih tempat TBM sendiri bertempat di alam terbuka dengan nuansa pemandangan serta flora dan fauna yang sangat indah.

Kenyamanan melihat dan menikmati bahan bacaan diharapkan mendorong warga suka pada buku serta media edukasi lain yang terdapat di TBM Rumah Hijau Denassa. Berawal dari suka kemudian menstimulasi mereka senang membaca, lalu berkarya melalui pengetahuan yang diperoleh dari proses membaca.

Selain itu, TBM Rumah Hijau Denassa sering didatangi oleh sekolah maupun komunitas lain terkait field trip tentang konservasi flora serta fauna. Selain tempatnya enak dan nyaman, TBM Rumah Hijau Denassa termasuk area yang luas dan cukup lengkap dalam melaksanakan kegiatan edukasi. Sebab TBM Rumah Hijau Denssa yang dilengkapi dengan area konservasi, Taman Bacaan, tempat diskusi, ruang baca, pelataran, dan fasilitas pendukung lainnya.

TBM Rumah Hijau Denassa telah banyak menginspirasi TBM lain di Indonesia terkait konservasi lingkungan dengan bentuk aksi nyata. Selain itu, TBM Rumah Hijau Denassa telah dikembangkan menjadi Kampung Literasi Barongtala pada 2016.