Judul: Yang Tak Kunjung Usai
Penulis: Awi Chin
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan: ke-2 Oktober 2022
Halaman: 387 hlm
Salah satu episode penting, yang diiceritakan di akhir novel Yang Tak Kunjung Usai karya Awi Chin adalah problematika keluarga yang dijalani Saul dan Mey. Seperti apakah problematikanya? Bagaimana problematika ini diselesaikan? Inilah yang coba dipaparkan di sini.
Dalam narasi panjang awal novel ini bercerita tentang kisah cinta sejenis antara Saul dengan Bagas yang mulai diketahui teman-temannya. Untuk menyelematkan hubungan sejenis antara Saul dan Bagas, keduanya sepakat agar Saul memacari Mey. Tapi, saat keduanya berpacaran dan dalam keadaan mabuk, terjadi hubungan antara keduanya yang membuat Mey hamil.
Kehamilan inilah yang memaksa Bagas dan Saul berpisah. Saul pun bertanggung jawab dengan perbuatannya. Saul pun menikahi Mey. Dari sini terbentuklah keluarga pasangan muda Saul dan Mey yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dari sinilah serangkaian persoalan menerpa Saul dan Mey.
Pertama, persoalan kecemburuan yang berpangkal pada Bagas mantan kekasih sejenis Saul dan Nando pemuda yang sangat mencintai Mey. Kehadiran Bagas lewat suratnya membuat Mey cemburu dan kehadiran Nando membuat cemburu. Kecemburuan yang membuat keduanya bertengkar hebat dan sampai berpisah beberapa hari.
Namun demikian, dua persoalan yang berakar dari kecemburuan itu bisa diatasi dengan keterlibatan keluarga Mey dan Saul yang memberikan nasihat untuk menyikapinya dengan sabar. Dalam keberlanjutan waktu, Saul dan Mei pun kembali bersatu kembali dalam ikatan cinta yang semakin kuat.
Kedua, persoalan ekonomi. Ya, setelah keduanya lulus SMA, maka persoalan ekonomi itu hadir. Saul menyadari bahwa ia harus bisa menafkahi keluarganya dan menyiapkan tabungan untuk kelahiran dan masa depan anaknya. Saul pun memutuskan bekerja sebagai kuli tanbang emas. Tentu saja ini menyita waktu Saul sehingga Mey pun merasa kesepian karena sendirian di rumah.
Dari sini berbagai riak kecil persoalan keluarga Saul dan Mey berletupan. Mulai dari keharmonisan hubungan suami istri, rasa capek yang menyiksa, dan emosi yang memuncak. Namun, persoalan ini pun bisa diatasi dalam bingkai rekoniliasi keduanya. Alur kehidupan rumah tangga pun berjalan kembali.
Ketiga, persoalan pengasuhan anak. Saul dan Mey masih terlalu muda. Mey merasa bahwa keduanya tidak akan bisa mengasuh anak dengan baik. Apalagi, setelah melahirkan Mey punya cita-cita melanjutkan perkuliahan. Mey pun mengambil keputusan untuk memberikan hak pengasuhannya pada kakaknya Cece Fey.
Tentu saja, Saul menolak. Saul dan Mey pun terjadi cek cok karena persoalan ini. Persoalan yang tidak bisa mencapai kata sepakat sehingga membuat kelelahan keduanya. Keduanya pun bersepakat untuk tidak membahasnya kembali. Pembahasan apapun akan menyebabkan keduanya saling menyakit dan tak terselesaikan. Romantika keluarga pun berjalan kembali.
Keempat, puncak persoalan keluarga Saul dan Bagas adalah kelahiran anak keduanya yang dalam keadaan prematur, baru tujuh bulan. Dalam kondisi bayi yang belum saatnya lahir dan Mey yang kritis, dokter menyampaikan bahwa yang bisa diselematkan atas kelahiran ini adalah pilihan antara ibunya atau anaknya.
Dalam keadaan yang penuh penderitaan ini, Saul memilih ibunya, Mey yang harus diselematkan. Tapi, ternyata Mey malah meminta bayinya yang harus diselematkan. Mey pun meninggal dunia. Saul sangat menderita dan mencoba bunuh diri juga. Tapi, pamannya menelamatkannya. Saul selamat dan menanggung penyesalan yang termat sangat. Penderitaan yang menjadikan momen terbaik Saul untuk lebih mendekatkan pada Tuhan.
Problematikan hdup keluarga muda dalam novel ini menggambarkan potret dinamika kehidupan sosial anak-anak muda sekrang. Anak-anak muda yang terjebak dalam perilaku menyinpang dalam proses pencarian hidup yang berujung pada pernikahan muda, penderitaan, perpisahan, dan kematian.
Inilah realitas yang dipotret, dikreasikan, dan disajikan dalam narasi di novel ini. Novel yang diberi judul Yang Tak Kunjung Usai karena dalam pernikahan mudah selalu mengintai berbagai oersoalan yang tak akan ada habisnya. Inilah yang harus kita renungkan dan maknai narasi dalam novel ini.
Infokom dan litbang Forum TBM