Categories
Artikel Opini

Rencana Pendirian Pabrik Kertas

Oleh. Atep Kurnia*

 

Sekitar sebelas tahun sebelum pabrik kertas di Padalarang dioperasikan, sudah tersiar kabar ihwal rencana membangun sebuah pabrik kertas di Pulau Jawa. Mengenai hal ini mengemuka dalam De Preanger-bode edisi 21 Desember 1912 dan 16 Agustus 1913. Di situ dijelaskan tentang rencana untuk mendirikan sebuah pabrik kertas. Konon, di Belanda pada paruh kedua tahun 1912 sudah dibentuk sindikat untuk menentukan apakah mendirikan pabrik kertas di Jawa menguntungkan serta bahan apa yang sesuai untuk membuatnya.

Sindikat tersebut di Jawa dikepalai oleh K.A.R. Bosscha. Pada akhir 1912, dikatakan, persiapan pembangunan tersebut sudah mengalami kemajuan dan bambu ditetapkan sebagai bahan yang tepat untuk membuatnya. Soalnya tinggal menentukan tempat mendirikan pabriknya. Menurut F. Van den Berg di Bandung, tempat yang cocok untuk pabrik tersebut terletak di antara Haurgeulis dan Cipunegara pada jalur Cikampek-Cirebon, di mana persediaan bambu demikian berlimpah. Yang lebih penting, daerah tersebut berdekatan dengan Cirebon, Indramayu, sehingga memudahkan ke Pelabuhan Tanjungpriok.

Sindikat menerima rancangan itu. Dengan demikian, direncanakan pabrik tersebut akan memakan lahan sebanyak 5-10 ribu bahu, yang terletak di utara dan selatan Sungai Cipunegara, dan pabriknya sendiri akan didirikan di bagian selatan sungai. Produksinya direncanakan berupa selulosa yang nantinya akan dieksor ke Eropa, Australia, dan bahkan mungkin ke Jepang. Bila upaya tersebut berhasil, maka produksinya akan ditingkatkan menjadi kertas. Karena di Pulau Jawa, baru ada dua pabrik kertas berukuran kecil di Meester Cornelis (Jatinegara) dan Surabaya.

Setahun lebih kemudian, dalam De Preanger-bode (18 November 1915), disebutkan bahwa rencana membuat pabrik kertas di dekat Stasiun Haurgeulis, sekitar Pagadenbaru, di jalur kereta api Cirebon-Cikampek, kian serius. Karena lokasi konsesinya, berupa lahan sebanyak 2.400 bahu, sudah digambar oleh mantri pertanahan Cirebon. Mantri-mantri yang melakukan pengukuran tanah itu menghabiskan berhari-hari di hutan, terutama yang ditumbuhi pohon bambu.

Namun, ternyata rencana pendirian pabrik di sekitar Pagadenbaru itu tidak jadi. Alih-alih sejak tahun 1920, mulai santer kabar-kabar yang menyebutkan akan didirikannya pabrik kertas di Padalarang. Warta-wartanya mulai tersiar menjelang akhir November 1920 (De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad, 25 November 1920; Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie dan De Sumatra Post, 29 November 1920).

Dari kabar-kabar itu diketahui bahwa sedang dipertimbangkan untuk mendirikan sebuah pabrik kertas di Padalarang. Namun, rencana tersebut masih dalam tahap awal. Opsi untuk lahannya sudah diperoleh, tetapi sebelum dibangun harus dilakukan pengeboran airnya untuk menentukan apakah airnya cukup untuk membersihkan jerami, bahan pembuat kertasnya. Debit air yang dibutuhkannya sekitar 400 kubik meter per jam. Bila memungkinkan, pendirian pabriknya akan dimulai pada April atau Mei 1921. Kapasitas produksinya direncanakan akan sebanyak sepuluh ton per hari. Sekitar 500 ribu gulden diperlukan untuk pembelian lahan, pendirian pabrik, pembelian mesin, dan lain-lain.

Yang punya inisiatifnya adalah N.V. Papierfabriek Gelderland di Nijmegen. Van der Waerden, delegasi pemerintah pada Commissie tot Ontwikkeling van de Fabrieksnijverheid, yang menjadi pendukung sekaligus melakukan pencarian lokasi untuk pabrik kertas di Bandung. Tempatnya sudah ditentukan, yaitu di Padalarang dan bahannya berupa jerami.

Memasuki awal 1921, rencana pendirian pabrik kertas di Padalarang kian menguat. Kantor berita Aneta pada 26 Februari 1921 mengabarkan bahwa pembangunan pabrik di Padalarang dinyatakan aman (De Locomotief, 26 Februari 1921). Pembangunannya akan dimulai pada pertengahan Mei 1921. Sebanyak sembilan bahu lahan telah dibeli dari dekat rel kereta api dan padi yang masih ada di sawah akan segera dipotong sebagai bahannya. Pihak yang menyediakan bahannya seorang kontraktor Tionghoa (De Preanger-bode, 14 April 1921).

Manajemen Gelderland sendiri sudah melakukan percobaan dari bahan jerami. Dari percobaan yang dilakukan di Belanda ternyata menghasilkan kertas yang putih bersih. Namun, mereka masih menghadapi kendala masalah air dan tenaga listrik. Konon, bila kedua masalah tersebut dapat tertangani, pabrik kertas di Padalarang akan dapat dioperasikan pada 1923. Bila sudah mantap, maka perusahaan akan membuat kontrak dengan pemerintah Hindia Belanda berupa penyediaan kertas bagi Landsdrukkerij dan Topografische Inrichting (De Preanger-bode, 16 Juni 1921).

Commissie voor de Fabrieksnijverheid menyertakan lampiran dalam Memorie van Antwoord berupa tinjauan aktivitas yang dilakukannya. Di antaranya berupa proposal tentang untuk bantuan bagi sindikat yang akan mendirikan pabrik kertas berbahan jerami, dengan kapasitas 3.000 ton per tahun, dan masih ada dalam tahap pembangunan (De Locomotief, 24 November 1921).***

 

 

Keterangan foto:

Rencana pendirian pabrik kertas oleh K.A.R. Bosscha dan kawan-kawan tahun 1912. Sumber: De Preanger-bode, 21 Desember 1912.

 

*Pengurus Pusat Forum TBM Divisi Litbang

Leave a Reply