Dunia anak berbeda dengan dunia orang dewasa. Maka jangan menilai kesalahan anak dari sudut pandang orang dewasa. Anak mempunyai dunianya sendiri. Dunia yang tidak mudah dimengerti oleh orang dewasa.-Keajaiban Mendongeng, Heru Kurniawan-
Ini tentang anak dan dunianya. Yang terkadang membuat orang tua marah. Karena apa yang diharapkan orang tua tidak sesuai dengan apa yang dilakukan anak.
Seperti hari ini, saat anak-anak PAUD Wadas Kelir sedang berisitirahat. Seorang Ibu tiba-tiba memanggil anaknya yang sedang asyik memilih buku di gerobak baca Wadas Kelir. Ibu itu berkali-kali memanggil anaknya, namun masih saja asyik berada di depan gerobak baca. Sambil membuka-buka buku dan melihat tiap gambar yang ada di dalamnya. Kebetulan buku itu adalah buku Dinosaurus.
Buku yang paling sering dipinjam anak-anak. Sebab, dari buku ini anak mengerti bentuk dan nama Dinosaurus. Hewan purba yang punah. Anak itu masih saja membuka-buka buku. Sampai raut muka Ibu berubah menjadi kesal. Menemui si Anak kemudian menggendong sambil berkata, “Zion! Di panggil Mamah, Kok ya!” dan menepuk pantatnya. Pertanda bahwa perbuatan si anak tidak disukai Ibunya.
Anak itu pun seketika menangis. Kencang sekali. Sambil meronta-ronta, berteriak, “Emoh! Emoh!” (yang dalam Bahasa Indonesia berarti “Tindak Mau.”). Melihat kejadian itu hati saya rasanya ngilu dan merasa iba pada si anak yang sedang asyik bermain dengan apa yang anak sukai.
Namun, inilah yang harus orang tua pahami tentang anak. Bahwa tidak semua yang dianggap tidak menarik oleh orang tua berarti tidak menarik juga untuk anak. Tapi sebaliknya. Apa yang dianggap tidak menarik justru itu sangat menarik di mata anak.
Dari sini, orang tua setidaknya hrus memahami dunia anak. Bahwa dunia anak tentu berbeda dengan dunia orang dewasa. Seperti dari kisah tersebut, orang tua harus menyadari bahwa anak akan melakukan aktivitas bermainnya sesuai apa yang diri anak senangi.
Di kisah tersebut, kita lihat seorang anak yang sedang asyik bermain dengan buku, maka si anak tidak mau diganggu. Termasuk tidak mendengarkan orang tuanya ketika memanggil. Apakah yang dilakukan anak ini salah? Bagi saya tidak. Mengapa? Inilah yang terkadang tidak dimengerti orang tua terhadap anak. Padahal ketika anak sedang beraktivitas sesuai dengan kesenangannya maka saat itulah anak sedang mengeksplore diri anak.
Orang tua harus menyadari satu hal. Ketika anak sedang bermain maka saat itulah anak juga sedang belajar. Banyak orang tua yang masih beranggapan bahwa belajar harus selalu dilakukan di dalam kelas dan ada guru yang mengajar. Pendapat ini tidak salah, namun tidak juga benar. Ada satu hal yang belum diilhami orang tua terhadap belajar.Yaitu bahwa sejatinya segala sesuatu yang dilakukan anak setiap harinya adalah belajar. Termasuk ketika anak bermaian.
Saat anak bermain, saat inilah anak sedang berada dalam fase belajar yang paling hakiki. Mengapa? Saat bermain inilah banyak rangsangan yang akan masuk ke dalam otak anak. Anak akan lebih menerima rangsangan ketika anak merasakan sendiri.
Ketika menghadapi anak tengah asyik dengan mainannya, biarkanlah. Jangan paksa anak untuk menghentikan permainannya. Biarkan anak bermain dengan mainannya. Sesuka hati anak. Karena saat itulah anak sedang belajar. Belajar menggali bakat minat, dan melatih kecerdasaannya.[]