Menghidupkan budaya membaca bukan hanya tugas pengiat literasi saja, tapi bagian dari kerja bersama semua lapisan masyarakat. Hal ini harusnya bukan sekedar wacana, tapi sudah harus menjadi pemahaman yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Masyarakat harus ikut disadarkan tentang betapa budaya membaca sesungguhnya menggiring pada ilmu kebermanfaat yang akan berbuah manis di kemudian hari. Pentingnya kehadiran buku harus menjadi sebuah kepekaan yang terus dipahamkan pada masyarakat.

Pada saat pengiat-pengiat literasi terjun ke masyarakat sering kali yang menjadi penghalang adalah pemahaman mengenai buku-buku atau budaya membaca pada masyarakat itu sendiri yang belum terbangun. Ada kalanya, kehadiran pengiat literasi dengan berbagai kegiatan yang dibungkus dengan lebih menarik masih menghasilkan skeptis dari masyarakat. Estafet literasi yang diusung bersama ini memang benar-benar bukan tugas pengiat literasi saja.

Menghadirkan sinergi untuk sebuah kesadaran membaca dimulai dengan menanam pondasi yang baik tentang memaknai buku dan menghargai arti membaca. Pada Kamis Malam (27/12) TBM Citra Raya mendapatkan kesempatan berilmu pada sebuah kedai kopi melalui sebuah dialog panjang dan dalam tentang sinergi dan potensi.

Keboendepan merupakan kedai kopi kekinian yang digandrungi dan menjadi tempat nongkrong muda-mudi di Kabupaten Tangerang. Kedai kopi yang berdiri sejak 2015 ini memang menyediakan beberapa buku yang dipajang di sebuah ruangan khusus dan tentu saja ini menjadi tempat nyaman bagi pembaca buku. Menangkap apa yang disediakan oleh Keboendepan, kemudian relawan TBM Citra Raya membuka dialog dengan pemiliknya yang ternayata memang memiliki hobi membaca.

Tanpa ragu-ragu Endi, yang lebih sering disapa Panda yakni pemilik kedai kopi Keboendepan mempersilahkan relawan untuk memilih buku-buku anak yang tertumpuk di ruang penyimpanan buku di salah satu sudut Keboendepan. Ini bagian paling heroik dari sebuah pemahaman baik tentang buku dan membaca, mempersilahkan buku-bukunya berpindah demi asas kebermanfaatan tanpa pikir panjang. Total buku yang didapatkan relawan setelah menyortir dari berbagai jenis buku yang ada mencapai 134 buku-buku anak.

“Kami yakin akan lebih bermanfaat karena kami sendiri selama menjalankan kedai kopi ini memang merasa kurang maksimal dalam pengelolaan buku-buku anak. Pernah dicoba untuk disediakan ke jajaran pengurus lingkungan tapi memang responnya slow. Jadi semoga dengan dikelola oleh TBM bisa lebih sampai ke anak-anak,” ujar Panda.

Meski belum pernah berkunjung ke TBM Citra Raya tetapi sebelumnya sudah terjalin sapa dan kabar dengan Keboendepan melalui Instagram. “Tentu senang sekali ada yang merespon dengan baik keberadaan buku disini, kami belum ada timing untuk menyortir buku makanya kami persilahkan memilihi sendiri buku-buku anak di dalam,” jelas Panda lebih bersemangat.

“Buku-buku anak sebagian besar koleksi pribadi jadi tidak masalah jika didonasikan, karena anak-anak saya sendiri sudah dewasa, ada yang masih sekolah tapi itu masih bisa diatasi soal buku bacaannya,” tambah Panda sambil meyakinkan para relawaan soal donasinya.

Panda lebih senang mengunakan kata ‘potensi’ untuk mengambarkan sebuah pertalian hubungan yang saling bermanfaat. Menurutnya setiap gerakan yang mengarah pada kebaikan hingga memberi manfaat pada orang lain atau masyarakat merupakan hal yang harus juga didukung dan saling menguatkan. Apa yang diyakini oleh penyuka olahraga panjat tebing ini juga bagian dari yang diyakini oleh TBM Citra Raya. Terlebih untuk sebuah gerakan literasi yang harus digerakankan bersama-sama.

Jadi, TBM Citra Raya pun bisa bersinergi dengan kedai kopi Keboendepan yang sebelumnya pun keluarga pemiliknya sudah memiliki pemahaman baik mengenai pentingnya literasi. Dan kami terus berkeyakinan bahwa buku masih bagian terpenting dari literasi itu sendiri.

Salam Literasi, dari kedai kopi! []