Oleh. Munasaroh*

Menulis merupakan keterampilan yang tidak akan hilang. Profesi apapun membutuhkan keterampilan menulis. Maka dari itu jadi pegiat TBM itu tidak boleh hanya diam saja mengurus urusan pribadi, tapi harus berkreasi yang salah satunya adalah dengan menulis. Begitulah kalimat yang diungkapkan oleh Gola Gong, Duta Baca Indonesia dalam Webinar Pengembangan Literasi Masyarakat di Era Digital #episode 2. 

Pada webinar episode 2 kali ini, tema yang diusung adalah “Menulis Buku sebagai Kegiatan Kreatif di TBM”. Webinar yang berlangsung melalui media Zoom pada Senin, 27 Juni 2022 Pukul 12.30 – 16.00 WIB dan ditayangkan secara langsung via Kanal YouTube Forum TBM tersebut menghadirkan Gola Gong sebagai salah satu narasumbernya.

Selain Gola Gong, ada juga Dr. Cecep Suryana, MM., Koordinator Fungsi Keaksaraan dan Budaya Baca, Dit. PMPK, Edi Wiyono selaku Pemred Perpusnas Press Perpustakaan Nasional RI, dan Heru Kurniawan dari Forum TBM yang menjadi narasumber dan menyampaikan berbagai materi dalam webinar. 

Dipandu moderator Yudy Hartanto (Ketua Forum TBM DKI Jakarta) dan MC Harmita Rahman dari Kedai Buku Jenny, sesi webinar berjalan dengan memikat. Antusias peserta lumayan tinggi sehingga waktu 3,5 jam seakan-akan hanya sekejap saja. 

Sesi pertama webinar menghadirkan Gola Gong sebagai narasumber. Walaupun jadwal padatnya, sang Duta Baca Indonesia dan Founder Rumah Dunia tersebut menyempatkan diri memberikan materi sekaligus motivasi kepada para peserta webinar. Beliau memberikan materi di sela-sela waktu boarding

Menurut Gola Gong, Ternyata hingga saat ini Indonesia masih kekurangan buku. 1 buku masih ditunggu oleh 90 orang. Sehingga menulis buku dan menerbitkannya masih sangat penting.

Gola Gong menghimbau para pustakawan supaya memikirkan manfaat dari membaca buku. Harus ada produk buku yang berdampak pada kesejahteraan pustakawan. Sebagai pemustaka, pegiat TBM harus dapat menghasilkan produk dan jasa yang salah satunya adalah menulis buku. Dengan banyak menulis nantinya akan banyak menghasilkan karya dan mendapatkan dana. 

Teknik menulis yang baik menurut Gola Gong adalah dimulai dari sesuatu yang dekat dulu dan terus konsisten dalam melakukannya. Nantinya jika sudah terbiasa akan bisa menghasilkan karya yang besar. 

Di Rumah Dunia di mana Gola Gong menjadi foundernya, ada program unggulan Kelas Menulis yang hingga saat ini sudah sampai angkatan ke 37. Lulusan Rumah Dunia banyak yang berubah hidupnya berkat menulis. Dari yang biasa menjadi luar biasa. Alumni yang lulus bisa bekerja di berbagai media lokal dan nasional. Dari situ dapat disimpulkan bahwa menulis itu bisa menghasilkan. 

Dari Gola Gong di sesi 1 yang menyampaikan tentang pentingnya menulis untuk kesejahteraan, webinar sesi dua ada Cecep Suryana, MM., selaku Koordinator Fungsi Keaksaraan dan Budaya Baca, Dit. PMPK. Pada awal materinya, Pak Cecep menyampaikan tentang urgensi sebuah karya tulis. Ada beberapa ungkapan dari tokoh-tokoh terkenal yang ditampilkan sebagai motivasi untuk menulis. 

Tantangan yang dihadapi oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus selama ini menurut Pak Cecep adalah tidak meratanya layanan pendidikan formal di masyarakat. Masyarakat masih banyak yang buta huruf, sehingga diperlukan pendidikan kesetaraan. Anak-anak yang berkebutuhan khusus juga belum terakomodir sepenuhnya. Oleh karenanya perlu berkalaborasi dengan masyarakat untuk mengatasinya. Para pegiat literasi selama ini sudah banyak membantu dengan mengakomodir anak-anak di daerahnya masing-masing. 

Pada materi yang berjudul: Mengembangkan Pendidikan dan Penguatan Budaya Baca/Literasi Masyarakat melalui program PMPK, Pak Cecep memaparkan berbagai program pengembangan minat baca yang diadakan oleh pemerintah untuk komunitas dan pegiat literasi. Program tersebut diantaranya : Apresiasi TBM Kreatif Rekreatif dan juga apresiasi foto dan video literasi masyarakat. Selain itu ada program Donasi Buku, Pameran Literasi Online, Festival Literasi, Puncak Peringatan HAI, Magang Literasi, Kampung Literasi dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Program untuk komunitas dan TBM di tahun-tahun sebelumnya berlangsung dengan sukses dan memberikan kontribusi signifikan terhadap ratusan TBM. Tapi untuk tahun ini beberapa program sementara tidak ada. Diharapkan akan kembali diadakan di tahun depan serta tahun-tahun mendatang. 

Untuk Gerakan Literasi membaca dan menulis, banyak program yang telah digulirkan oleh pemerintah. Diantaranya Bantuan pemerintah untuk TBM Rintisan, TBM Penguatan, TBM IT, kampung literasi dan kemah literasi. Selain itu terdapat pendampingan TBM di SKB di mana ada pengelola TBM di SKB yang berbagi praktik dan pengelolaan TBM pada para pegiat. 

Dalam program magang literasi, terdapat agenda membangun kapasitas kompetensi dan kerelaan untuk pengembangan literasi masyarakat. Di dalamnya ada juga pendidikan pelatihan dan praktik menulis program tidak lanjut yang dilaksanakan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pegiat literasi. Nantinya para pemuda yang ikutan bisa membuat tulisan dan dapat membangun sebuah TBM lagi di daerahnya. 

Webinar seperti yang dilaksanakan kali ini menurut Pak Cecep dapat: memberikan pencerahan pada penggiat dan calon penggiat tentang praktik baik pengembangan Literasi Masyarakat. Ucapan terima kasih diucapkan pak Cecep di akhir sesinya ditujukan kepada semuanya, baik panitia maupun peserta webinar. Semoga terus bisa bekerja sama dalam menggerakkan literasi. 

Pada webinar sesi 3, ada Edi Wiyono selaku Pemred Perpusnas Press Perpustakaan Nasional RI yang menjelaskan program kalaborasi antara Perpusnas dengan Komunitas dan juga TBM. Berbagai hal yang telah dilakukan dan yang akan dilaksanakan juga dijelaskan dalam paparannya. 

Bentuk kalaborasi Perpusnas dengan Komunitas dan TBM yang pertama adalah Inkubator Literasi. Dalam Inkubator Literasi, fokus kegiatan adalah penguatan ekosistem kepenulisan di daerah. 

Kalaborasi kedua berupa Akademi Literasi yang merupakan inovasi gerakan ekosistem literasi yang terpadu berbasis digital. di mana terdapat ruang aktualisasi peningkatan kapasitas berbagi pengalaman, promosi, sosialisasi, advokasi dan apresiasi terhadap kegiatan interaksi dan library suporter dalam rangka peningkatan budaya baca dan literasi masyarakat Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat. 

Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) menjadi bentuk kalaborasi ketiga dan menjadi bentuk pendampingan penulisan untuk daerah atau desa yang masuk dalam program perpustakaan berbasis inklusi sosial. Walaupun  sampai ini masih belum melahirkan atau menghadirkan seorang penulis dari kegiatan, tetapi banyak testimoni yang mengungkapkan bahwa kegiatan telah membantu meningkatkan kesejahteraan melalui fungsi perpustakaan. 

Menurut Edi Wiyono, Literasi yang menjadi rohnya adalah bagaimana bisa berpikir kritis. hasilnya yang berupa buku adalah proses kreatif. Ini merupakan siklus dari literasi itu sendiri. Langkah kongkritnya adalah dengan membaca, berpikir kritis menuangkan gagasan baru, menulis, menerbitkan, lalu mempublikasikan karya. Perpusnas Press sendiri sangat mendorong masyarakat untuk menerbitkan buku. 

Inkubator Literasi berdasarkan KBBI secara umum artinya adalah perkakas yang dipanasi dengan aliran listrik dan sebaiknya dipakai untuk mengerami menetaskan telur atau untuk memanaskan bayi yang lahir sebelum waktunya. Jika dikaitkan dengan literasi, inkubator dapat dimaknai sebagai proses untuk mematangkan tingkat literasi seseorang sehingga mampu menghasilkan atau memproduksi sesuatu. 

Inkubator literasi didesain untuk mendorong, membina dan mempercepat kemampuan serta keberhasilan masyarakat dalam menghasilkan karya dalam bidang kepenulisan kemudian dibukukan. Nantinya akan ada tahapan-tahapan yang dilakukan. 

Bersama dengan Forum TBM, Perpusnas saat ini telah melaksanakan kalaborasi Inkubator Literasi. Temanya adalah Dongeng Anak Nusantara. Hingga hari ini, tahapan yang dilangsungkan sudah pada Fase Inkubator Literasi pra inkubasi yang berupa tahapan seleksi untuk memilih naskah yang layak masuk fase selanjutnya. 

Pada kerja sama dengan Forum TBM ada 17 naskah yang akan diseleksi untuk dibukukan. Angka 17 merujuk pada HUT Forum TBM yang tahun 2022 ini menginjak angka 17 tahun. Setelah ini ada fase inkubasi, dimana nantinya ada bimbingan teknis penulisan dari para mentor dan kurator untuk meningkatkan kompetisi bagi para finalis. Kemudian dilanjut fase pasca inkubasi untuk membukukan, menerbitkan dan menyebarluaskan. Berlanjut dengan membedah serta mendiskusikan karya peserta

Pentingnya menulis diungkapkan oleh Edi Wiyono di akhir statemennya. Menurutnya Bahwa segala yang terucap akan menghilang

Sementara yang tertulis tidak akan lekang oleh waktu. 

Sebagai pemungkas sesi webinar, ada Heru Kurniawan Founder TBM Wadas Kelir yang juga menjadi wakil dari Forum TBM. Sebagai Pengurus TBM sekaligus penulis, Heru Kurniawan mengambil topik: Mewujudkan TBM sebagai Industri Kreatif Menulis. 

Menurutnya, menulis itu mudah karena semua orang bisa.  Yang susah adalah mengkondisikan tubuh kita untuk tidak merasa lelah untuk menulis. Membuat fikiran fokus untuk siap menulis, mendamaikan perasaan untuk sabar dalam menulis dan membangun kesungguhan menulis dalam keberlanjutan juga tidak mudah. Di sinilah TBM memiliki daya kekuatan luar biasa untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut. 

Sejak mengenal Forum TBM, Wadas Kelir mendapatkan hasil yang luar biasa. Dulunya hanya berupa gerakan literasi saja, namun sekarang sudah dikenal luas di seluruh Indonesia. 

Kegiatan penting dalam TBM adalah membaca, berpikir dan berkarya untuk pendidikan dan masa depan. Membaca menjadi basis penting dalam literasi. Sebelum lanjut ke tahapan selanjutnya, mengkhatamkan buku-buku yang ada di TBM menjadi hal wajib yang harus dilakukan. 

Setelah membaca kemudian lanjut untuk berpikir dan berkarya. Untuk berkarya ada banyak macamnya. Karena pasion orang berbeda-beda sehingga tidak bisa disama ratakan. Yang suka IT bisa dimasukkan dalam IT. Sementara untuk menulis bisa diberikan kepada pegiat yang memang suka menulis. Dari pasion itu kemudian diidentifikasi.

Heru Kurniawan mengungkapkan, bahwasanya harta terbaik bagi TBM ada pada sumber daya manusianya. Tiap TBM memiliki keistimewaan masing-masing. Dari keistimewaan tersebut dapat menonjolkan keunikan yang dimiliki. Apapun kegiatannya, muaranya ada pada sumber daya manusia. Jadi harus mengoptimalkannya. Beragam SDM dalam satu wadah yang sama bisa mewujudkan tujuan yang sama.

Untuk teknik menulis yang efektif, Heru Kurniawan pada sesi tanya jawab memberikan saran dengan membaca sebaik-baiknya. Jika ingin menulis Dongeng maka harus membaca Dongeng sebanyak-banyaknya. Jika ingin menulis novel maka harus membaca banyak Novel. Dari proses itulah nantinya akan membangkitkan asa untuk menulis. 

Dari webinar episode #2 ini, dapat disimpulkan bahwasanya menulis dapat dijadikan ajang kreatif bagi pengelola TBM yang bisa menghasilkan karya dan juga menambah sumber pendapatan. Jadi jangan pernah ragu untuk berkarya melalui menulis. 

Perlu diketahui, webinar ini merupakan salah satu rangkaian webinar yang diselenggarakan oleh Forum TBM pusat dalam menyambut peringatan Hari Aksara Internasional atau yang dikenal dengan sebutan HAI. Rencananya, akan ada webinar-webinar lain untuk menyemarakkan HAI. 

Dalam satu bulan ada 2 webinar dengan tema menarik dan menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya. Total ada 10 episode webinar Pengembangan Literasi Masyarakat di Era Digital yang akan diselenggarakan. Informasi yang lengkap dan jelas dapat disimak di media sosial Forum TBM.

 

*Pengelola TBM Bintang Brilliant