Selain peserta didik, guru perintis pun ikut ditantang program tersebut. Ibu Ade Rastuti, Ibu Dwi dan Pak Dude menjadi team work yang solid. Aku hanya sebagai pendukung dan pemandu semangat anak-anak. Namun sebenarnya, Sabak Percisa memanfaatkan celah program ini untuk melibatkan seluruh guru dan warga sekolah. Pak Dude meminta kepada Ibu Ade Rastuti untuk memerdekakan dirinya agar fokus dalam garapan literasi sekolah saja. Tidak diganggu dengan tumpukan administrasi yang tidak pernah selesai. Bahkan, sekolah guru yang tidak banyak bicara itu meminta pintu sekolah untuk didatangi komunitas-komunitas temannya. “Biarkan anak-anak bertemu dengan para ahli di bidangnya,” katanya suatu hari di ruang literasi kepada Ibu Ade Rastuti.
Sebenarnya, aku sudah ingin sekali terlibat dalam kegiatan literasi ini sejak setahun yang lalu. Akan tetapi, tidak berani untuk mengungkapkan keinginan yang terlanjur pupus. Alat komunikasi yang sangat penting dalam bekerja, tiba-tiba rusak. Rasanya sepi tidak ada hiburan. Pada suatu malam sabtu, percakapan dengan Pak Dude di akun facebook berkelindan. Obrolan kecil tentang literasi yang waktu itu tidak begitu aku pahami. Sebab aku bukan orang yang senang dengan membaca buku. Baru sebentar membaca saja sudah menguap. Lantas buku yang baru dibaca sampai daftar isi saja sudah kututup lagi.
Dalam percakapan itu, tiba-tiba aku meminta sebuah buku untuk mengisi waktu luangku. Alasannya sederhana, karena kondisi HP-ku rusak, itu saja. Keesokan harinya, aku langsung dibawakan sebuah buku berjudul “DILAN #2”. Bacaan pertamaku, setelah sekian lama tidak menyentuh buku lagi. Saat pertama kali membacanya, sama sekali tidak ada rasa kantuk atau bosan. Malah, aku tidak ingin berhenti membacanya hingga menamatkannya seketika. Minat bacaku saat itu berubah drastis. Tadinya tidak suka sama sekali, tetapi berubah menjadi paling dinanti. Setelah bacaanku selesai ditugaskan untuk membuat ulasan dengan menuliskannya dalam bentuk ishikawa diagram. Ulasan itu terasa menjadi karya pertama yang membuatku semakin semangat untuk membaca buku lagi dan lagi. Seperti judul lagu Andra and the Back Bone, “Lagi dan Lagi”. Gara-gara HP rusak, ajakan Pak Dude untuk bergiat dengan Sabak Percisa membuatku terkena virus literasi. Alasan itu pula yang membuatku kecanduan untuk membaca buku-buku lainnya.
Peristiwa tersebut membuatku sadar bahwa membaca buku dapat memberi dampak ‘merasa hidup kembali’. Banyak kejutan dan semacam menemukan celah yang selama hidup tidak ditemukan. Pak Dude mengajakku untuk terlibat langsung dalam kegiatan literasi bersama anak-anak. Bagiku adalah sebuah kesempatan besar, seperti bertemu jalan menurun setelah lama menaiki bukit. Aku merasa bahagia dilibatkan dalam kegiatan literasi. Sejak saat itu, aku menantikan setiap kegiatannya. Banyak kegiatan yang mempertemukan dengan orang-orang yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Orang-orang hebat mulai dari sosok-sosok luar biasa dari kota kelahiran hingga para pejabat Kemendikbud.
Komunitas Pers cilik Cisalak saat itu membelah diri menjadi Sabak Percisa dan Rumpaka Percisa. Selain dilibatkan dalam kegiatan Sabak Percisa, aku juga dilibatkan dalam kegiatan Rumpaka Percisa. Aku langsung diberi tugas atas nama Rumpaka dalam kegiatan bersama Kampung Halaman Yogyakarta. Acara Rembug Remaja Indonesia yang diselenggarakan di Bandung itu adalah pengalaman pertama berkomunitas. Aku bertemu para remaja yang luar biasa dari berbagai daerah pulau jawa. Semangat jiwa dan raga keremajaannya begitu kritis dalam mewujudkan gagasan-gagasannya. Kegiatan yang bertujuan untuk memajukan anak-anak bangsa ini memantik bara yang padam dalam jiwa. Kobaran api remajaku terbangun kembali. Aku semakin bersemangat untuk berkegiatan literasi ini. Pak Dude dan komunitas literasinya benar-benar telah menyesatkanku pada jalan literasi yang penuh dengan kejutan. Hati dan pikiran benar-benar terjerumus pada jalan literasi yang memberi kesempatan semakin terbuka. Langit masa depan yang gelap seolah-olah runtuh oleh lesatan cahaya orang-orang yang bergerak di literasi.
Kesempatan yang diberikan oleh Rumpaka Percisa berikutnya, yaitu menjadikanku perwakilan dalam mengikuti Bimtek Pengelola Perpustakaan Taman Bacaan Masyarakat yang diselenggarakan DISPUSIPDA Provinsi Jawa Barat – Bandung. Banyak ilmu yang didapatkan, mulai cara mengelola TBM, mempromosikan, dan pendataan buku-buku. Ada hal yang lebih berharga lagi ketika dipertemukan dengan para pegiat literasi dari TBM-TBM yang ada di seluruh Jawa Barat. Lagi-lagi, aku belajar tentang semangat yang tumbuh dari belantara jiwa mereka.
Pada awal tahun 2017, aku ditugaskan Pak Dude untuk mendampingi inong-inong Aceh. Perempuan-perempuan titisan Malahayati itu, bertujuan untuk menenggelami cara Rumpaka Percisa menggeliatkan literasi di Kota Tasikmalaya. Aku merasa menjadi Indonesia, karena diberi kesempatan untuk menemani mereka selama dua pekan. Akhirnya, aku bisa mendapatkan teman-teman dari sebuah pulau paling barat nusantara. Hal itu semakin membuatku melayang dan memutuskan menjadikan sayap di punggungku untuk mengepakkan virus literasi dengan Rumpaka dan Sabak. Mereka bergeliat dengan,jiwa dan raganya, tanpa lelah, demi anak-anak bangsa ini literat. Aku ingin seperti mereka, bergeliat dengan cinta dengan bunga-bunga literasi untuk anak-anak negri.
Setelah terlibat dalam berbagai kegiatan literasi, aku memahami satu hal, yaitu mengenal potensi dalam diri. Aku mulai mengenal para penggerak di Tasikmalaya, Jawa Barat, dan Indonesia. Melalui tugas-tugas yang diberikan Rumpaka Percisa, aku berjalan menuju sebuah ceruk yang mengarahkanku pada tujuan hidup. Aku dengan orang-orang yang begitu mencintai kota kelahirannya, kini saling berpegangan tangan. Literasi telah banyak memberikan warna baru dalam kehidupanku. Membuka pemikiran yang selama ini hanya terpaku pada kesibukan-kesibukan dan mementingkan diri sendiri.
“Ketika seseorang bergerak, semesta akan membukakan jalan dari seluruh penjuru mata angin,” begitu pesang sang Jenderal Vudu Abdul Rahman. Semesta tidak akan pernah menghentikan jalanmu, justru akan mempertemukanmu pada jalan-jalan lain. Mungkin saja selama ini terkesan buntu, tetapi sebenarnya orang-orang yang berhati dan berjiwa literat menunggu gelombangku agar satu frekuensi.
Mengajak orang lain dalam kebaikan, apalagi menerjemahkan perintah “Iqra!” yang diturunkan Allah SWT dalam wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW, akan menemukan keajaiban-keajaiban dalam hidup. Begitulah jalan literasi yang aku alami selama ini, semesta mendorongku menuju wajah cahaya. Kini, sebuah rumah yang langit-langitnya dihiasi bintang-bintang impian dan harapan adalah Rumpaka Percisa dan Sabak Percisa.
Wanti Susilawati – Rumpaka Percisa
#TBMstory2017 #forumtbm #sahabatliterasi #gerakanliterasilokal #gerakanliterasinasional