Oleh Siti Zamronah*
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Widuri Pandan berdiri pada bulan Agustus 2016. Saat itu, kami baru memiliki 400 eksemplar buku yang merupakan koleksi pribadi. TBM ini pertama kali berdiri dengan nama “Griya Baca Widuri Pandan”. Kegemaran membaca yang sudah mendarah daging membuat kami membulatkan tekad untuk mendirikan rumah baca yang dibuka untuk umum. Kami pun ingin melengkapinya dengan fasilitas buku-buku koleksi pribadi.
Sebelumnya, di kampung kami pernah ada taman baca yang disponsori oleh Ibu Rima Melati dan digerakkan oleh pemuda- pemudi. Namun sayang, saat terjadi gempa bumi di Yogyakarta pada 27 Mei 2006 silam, bangunan ini turut terkena dampak bencana hingga hancur rata dengan tanah. Buku-buku koleksi habis tak tersisa terkena hujan yang turun setelah terjadinya gempa.
Pemilihan nama Widuri Pandan ini mempunyai cerita unik. Dua kata ini diambil dari batu mulia berwarna hijau, yaitu biduri pandan. Batu ini dipercaya mempunyai manfaat untuk penyembuhan. Penamaan ini berawal dari debat antara saya dan suami yang mempunyai hobi berbeda. Saya suka mengoleksi buku, sedangkan suami gemar mengoleksi batu akik atau batu mulia. Untuk menggabungkan kegemaran kami berdua, maka kami memberi nama taman baca ini seperti nama batu mulia yang diinginkan suami saya. Sengaja kami ganti huruf awalnya dengan huruf “w”, agar lebih mengena dan familiar.
Kegiatan awal yang kami lakukan adalah kegiatan keaksaraan fungsional, bekerja sama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Persada. Caranya dengan mengumpulkan para warga sekitar TBM yang belum lancar membaca dan menulis. Kemudian, mereka kami ajak untuk belajar bersama di Griya Baca Widuri Pandan. Kegiatan ini diikuti oleh 12-20 orang yang kami bimbing untuk belajar baca, tulis, berhitung (calistung) dalam dua kali pertemuan selama seminggu.
Di sela-sela pembelajaran, kami juga memberikan materi keterampilan berupa resep-resep masakan dan membuat hantaran pengantin. Kegiatan ini ditutup dengan pelatihan memasak tahu bakso, roti kukus, dan aneka keripik dengan bahan-bahan yang mudah didapat di sekitar kami. Kegiatan yang berlangsung selama 6 bulan ini akhirnya terhenti karena menurunnya jumlah peserta dan terbentur masa panen di sawah. Kegiatan bersama dalam program keaksaraan fungsional ini kemudian dijadikan bahan skripsi oleh seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Setelah membuat kegiatan dengan target orang tua, kegiatan kami selanjutnya adalah menargetkan anak-anak yang sering bermain di tanah lapang sekitar Widuri Pandan. Kebetulan, lokasi taman baca kami dekat dengan musholla, sehingga setiap sore banyak anak yang datang untuk mengaji. Sebelum mengaji, anak-anak tersebut berkunjung ke Griya Baca dan mulai kami kenalkan dengan beragam buku. Tentunya buku yang kami berikan sesuai dengan usia mereka. Dimulai dengan praktik mendengarkan cerita dan membacakan buku dongeng oleh anak-anak yang lebih dewasa kepada anak-anak yang lebih kecil. Kami juga sediakan beragam permainan, seperti puzzle, pasir kinetik, dan ular tangga.
Untuk memenuhi keinginan anak-anak akan buku bacaan, kami mengajukan permohonan kerja sama dengan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Bantul. Kerja sama ini bertujuan agar mendapatkan layanan pinjam paket dengan sistem perpustakaan keliling. Sampai saat ini, kami mendapat layanan perpustakaan keliling setiap bulan, sehingga buku yang dibaca anak-anak di sekitar Widuri Pandan bisa lebih bervariasi.
Seiring berjalannya waktu, kami mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam lomba perpustakaan komunitas daerah Kabupaten Bantul pada tahun 2017. Dalam ajang ini, kami mendapatkan juara ketiga. Dengan prestasi ini pula, nama Griya Baca Widuri Pandan diganti menjadi TBM Widuri Pandan. Sejak saat itu, TBM Widuri Pandan mulai dikenal masyarakat luas, serta mendapat apresiasi yang positif dari pihak Kelurahan Timbulharjo.
Di beberapa kesempatan tertentu, kami kedatangan para relawan dari Komunitas Jogja Menyala dan Kampoeng Hompimpa. Mereka menawarkan kerja sama berupa kegiatan permainan tradisional dan aneka lomba untuk anak-anak sekitar TBM Widuri Pandan. Tentu saja tawaran ini kami sambut dengan senang hati. Maka, terlaksanalah kegiatan bersama relawan serta mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan UNY yang ikut bergabung.
Beberapa kali kami adakan lomba menggambar dan mewarnai untuk anak-anak usia TK dan SD. Diadakan pula kegiatan kreatif berupa menghias buku tulis, membuat pigura dari kertas karton bekas, dan menanam pohon dengan media tanam dari botol bekas. Selain memancing minat anak-anak untuk datang ke TBM, secara tidak langsung, berbagai kegiatan ini juga menarik minat anak untuk suka terhadap buku. Kami yakin, dimulai dengan minat untuk datang, maka lambat laun akan tercipta minat baca dan gerakan literasi yang semakin tampak gemanya.
Program di TBM Widuri Pandan kami susun secara sederhana. Mengalir seiring dengan waktu dan kemampuan para pengelolanya. Kami berharap agar TBM Widuri Pandan bisa menjadi tempat untuk menimba ilmu dan memberikan manfaat bagi anak-anak serta masyarakat sekitar. Dalam perjalanannya, selama kurang lebih 2,5 tahun ini, banyak kendala yang kami hadapi. Namun dengan keyakinan dan niat yang kuat, halangan tersebut bisa kami hadapi dengan senyuman.
Pada tahun 2018, kami berkesempatan untuk ikut serta dalam ajang Apresiasi GTK PAUD DIKMAS yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bantul. Di sini kami mulai mengenal dan berinteraksi dengan TBM lain yang ada di Kabupaten Bantul melalui Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Bantul. Dalam kesempatan ini, kami mendapatkan banyak pengalaman berharga. Pengalaman tersebut adalah membuat naskah dalam program Microsoft Power Point, kemudian mempresentasikannya di depan juri. Walau belum memperoleh hasil maksimal, namun banyak manfaat yang kami diperoleh.
Berawal dari pertemuan tersebut serta bincang-bincang sesama pengelola TBM di Bantul, kami mengemukakan gagasan untuk membuka lapak baca. Lapak yang bisa digelar setiap hari Minggu di acara sunday morning (sunmor) di Stadion Sultan Agung. Kegiatan ini kami beri tajuk MOBURA yang merupakan singkatan dari Moco Buku Rame-rame (membaca buku ramai- ramai). Kegiatan ini didukung oleh berbagai TBM di Bantul, yaitu TBM Delima dan TBM Teras Baca. Seiring berjalannya waktu, MOBURA juga menjadi ajang silaturahmi bagi kami selaku pengelola TBM yang semakin susah menyisihkan waktu bertemu.
Berbagai kendala datang silih berganti di MOBURA, mulai dari kekurangan SDM untuk mengelola sampai musibah kehilangan koleksi buku. Dalam kurun waktu 1 tahun ini, kami berhasil membuka MOBURA kurang lebih 25 kali. Mulai Januari 2019, kami juga berhasil menjaring beberapa relawan yang bersedia untuk ikut berpartisipasi menggerakkan program MOBURA.
Sejak tahun 2016 sampai saat ini, berbagai peristiwa telah mewarnai perjalanan TBM Widuri Pandan. Mengukir sejarah literasi dan menorehkan kenangan bagi anak-anak sekitar serta masyarakat melalui berbagai program. Program tersebut disusun menurut kebutuhan. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar adalah beberapa di antaranya. Beberapa relawan juga datang dan pergi silih berganti memberi pencerahan dan kemajuan bagi TBM.
Kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak terutama dengan sekolah-sekolah yang dekat dengan lokasi TBM Widuri Pandan. Sampai saat ini ada 1 TK dan 3 SD. Kerja sama juga melibatkan pabrik di sekitar TBM yang sering kali menjadi sponsor dalam kegiatan yang melibatkan siswa TK Marditama dan SD Timbulharjo sebagai peserta kegiatan. Untuk keberlangsungan TBM, kami memberdayakan keterampilan berupa membuat bros dari bahan kain perca dan menerima pesanan menghias hantaran pengantin. Di samping itu, kadang kala kami juga bekerja sama dengan katering di dekat TBM untuk membantu membuat tumpeng nasi kuning.
Demikian sekilas perjalanan TBM Widuri Pandan. Semoga apa yang kami lakukan dapat memberi manfaat, serta semakin beragam kegiatan ke depannya. Selain itu, juga dapat menarik minat baca dan menambah pengetahuan masyarakat sekitar. Harapan-harapan itu seiring dengan tujuan kami mendirikan taman baca, untuk ikut berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat sekitar dan turut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Harapan lainnya adalah target sasaran kami yang semula hanya ibu-ibu dan anak-anak semoga bisa berkembang lebih luas lagi. Hal ini sesuai dengan yang diwacanakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), bahwa perpustakaan berfungsi sebagai pusat pembelajaran sepanjang hayat.
Siti Zamronah. Lahir di Bantul, 1 Januari 1978. Mengelola TBM Widuri Pandan sejak tahun 2016. Saat ini mengabdi di SMPN 4 Pandak. Penulis bisa dihubungi lewat media sosial Facebook: Siti Zamronah, atau Instagram: @tbmwiduripandan.