Oleh. Virgina Veryastuti

Pada saat peresmian kegiatan Festival Literasi Pesisir Sepanjang Tahun (FLPST) di Ruang Bahari, Lantai 14, Kantor Wali Kota Jakarta Utara pada hari Rabu, 19 Januari 2022, Bunda PAUD DKI Jakarta, Fery Farhati menceritakan kenangan masa kecilnya saat memberikan sambutan.

Kenangan masa kecil yang diceritakan, menjadi salah satu cerita yang tak akan pernah dilupakan oleh Bunda PAUD DKI Jakarta ini.

Sambil melihat anak-anak yang ada dihadapannya, yang duduk mendengarkan, Fery mulai bercerita masa kecilnya.

Ketika masih seusia anak-anak PAUD, ia tinggal bersama keluarganya di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

“Disana tidak ada perpustakaan dan toko buku cuma ada satu-satunya. Dan buku yang dijual isinya bukan buku bacaan yang menarik, jadi adanya buku pelajaran sekolah. Oleh karena itu, beli bukunya juga setahun sekali kalau naik kelas saja. Tidak ada rangsangan untuk kemudian orang ingin membaca.” Ujar Fery Farhati memulai kisah masa kecilnya.

Beruntung Fery kecil dan saudaranya memiliki ayah yang peduli. Ayahnya pun berlangganan beragam majalah untuk dibaca keluarganya.

“Waktu itu Bobo, Hai dan Si Kuncung dan juga majalah untuk ibu saya, majalah Wanita. Majalah ini datang seminggu sekali cuma di hari tertentu. Selasa kalau tidak salah. Setiap hari Selasa sore, kami empat bersaudara selalu menunggu di depan pintu rumah untuk menunggu kedatangan orang yang mengantarkan majalah.” Lanjut Fery menceritakan dengan semangat.

“Ketika melihat orang yang membawa majalah terlihat dari jauh, kami berempat lari berebut untuk mendapatkan dan membaca majalah yang mau dibaca. Jaman dulu cerita yang banyak dibaca adalah cerita bersambung. Itu yang membuat kami tidak sabar menunggu cerita lanjutannya,” tutur Fery Farhati, yang juga istri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini.

Sayangnya, masa itu, Fery belum bisa membaca. Hanya ketiga kakaknya yang sudah bisa membaca. Meminta bantuan ibu dan bapak untuk membacakan terasa tidak mungkin karena mereka terlalu sibuk. Oleh karena itu, ketiga kakaknya mendapatkan tugas membacakan majalah buatnya.

Fery harus bersabar menjadi orang terakhir yang mendapat kesempatan membaca buku atau majalah, karena harus menunggu kakak-kakaknya selesai. Tokoh-tokoh seperti Bibi, Titi , Jelita, Bona dan Nirmala itu semua menjadi tokoh cerita favorit keseharian Fery bersama kakak-kakaknya.

“Jangan menganggap enteng potensi anak usia dini walaupun belum bisa baca. Rasa ingin tahunya sangat besar. Waktu dibacain oleh kakak saya, mereka sudah malas membacakan, lalu mereka membacanya meloncat-loncat dan membuat saya merasa cerita tidak lengkap. Jadilah saya banyak bertanya, terus bagaimana ceritanya? terus bacaannya apa?” ujar fery sambil tersenyum.

Akhirnya, Fery kecil membaca dengan melihat gambar dan mengimajinasikan apa yang ada di cerita dan ini menjadi pengalamannya yang luar biasa.

Pengalaman luar biasa yang dialami di masa kecil oleh Fery Farhati ini menjadi sesuatu yang inspiratif. Di kesempatan itu pula, beliau ingin menyampaikan dan mengingatkan peran kita sebagai orang tua untuk selalu memberikan stimulus pada anak-anak dalam mengembangkan dan meningkatkan potensinya walaupun mungkin kesempatan tidak selalu ada.

“Saya dulu tidak ada majalah, toko buku bahkan tempat aktivitas, semua buku didatangkan dari Cirebon yang lokasinya jauh dari tempat saya tinggal,” katanya mengakhiri cerita masa kecil.

Membahagiakan anak, memberi gizi yang cukup, dan memberi stimulus yang tepat serta fokus pada apa yang menjadi kebutuhan anak agar potensi yang dimiliki terstimulasi menjadi pesan terakhir dari Bunda PAUD DKI Jakarta ini kepada para orang tua yang hadir di acara peresmian Festival Literasi Pesisir Sepanjang Tahun 2022 Jakarta Utara.