Membaca bukan cuma mengikuti baris-baris kata-kata, itu namanya hanya sekedar mengeja
Membaca ialah upaya merengkuh makna, ikhtiar untuk memahami alam semesta
Itulah mengapa buku disebut jendela dunia, yang merangsang pikiran agar terus terbuka
Karena budaya membaca prasyarat jadi bangsa yang hebat.”
-Najwa Shihab, Duta Baca Indonesia-
Sudahkah anda membaca hari ini? Jika sudah buku apa yang anda baca hari ini? Pemahaman apa yang anda dapat?
Ya, kegiatan membaca bukan hanya kita membaca deretan huruf-huruf lalu itu disebut baca. Membaca adalah kegiatan dimana pembaca harus dapat memahami apa yang dibacanya, lalu menganalisa, bahkan mengkritiki tulisan yang dibacanya, hingga diakhir nanti bacaan dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan baru yang bagus.
Misalnya saja anda membaca sebuah buku dongeng binatang tentang hari pertama masuk sekolah. Dalam buku itu diceritakan sebuah sekolah kedatangan teman baru seekor anak badak bernama Dido yang sangat disukai teman-temanya karena pandai dalam beberapa hal. Dido juga anak yang baik dan suka menolong sesama. Namun, seiring berjalannya waktu sikap Dido berubah. Dido menjadi anak yang suka mengganggu teman-teman, bahkan Dido berani meminta secara paksa bekal makan siang teman-temannya, sehingga membuat keributan di kanti sekolah. Akhir cerita, Dido meminta maaf pada teman-temannya atas tindakannya akhir-akhir ini, dan teman-temannya pun memaafkan Dido.
Dari cerita singkat diatas kita dapat memahami bahwa perubahan emosi tidak hanya dialami orang dewasa tapi juga anak-anak. dari sini kita dapat menganalisis apa yang membuat diri seseorang terutama anak-anak berubah emosinya, apakah karena tekanan di rumahnya, atau karena kelelahan ataupun yang lainnya.
Dari analisis singkat ini dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan apik tentang bagaimana mengatasi emosi pada anak, atau lebih tepatnya menjadi artikel parenting yang sangat bermanfaat bagi orang lain.
Mudahkan?
Seperti yang dikatakan oleh Najwa Shihap pada Hari Aksara Interasional 8 September 2017 lalu, bahwa sangat banyak orang yang sudah melek aksara, berapa yang benar-benar gemar membaca? Seperti tertohok bambu yang sangat tajam. Malu rasanya. Kita yang melek aksara, yang telah menduduki jenjang pendidikan selama 12 tahun lebih masih malas dan enggan untuk membaca. Kalah dengan anak PAUD yang belum bisa membaca, namun berlarian mengambil buku dan minta dibacakan dengan gurunya. Malu dengan anak-anak kecil yang saling berebut di pojok-pojok Taman Baca. Tersindir dengan orang tua yang memaksakan diri untuk membaca dengan mata menyipit dan jarak koran yang jauh dari muka (dibaca: rabun jauh).
Yuk! berliterasi, tidak hanya membaca tapi juga memahami, menganalisa dan menulisnya. Untuk mengurangi rasa malas anda untuk membaca cobalah untuk membuat waktu baca anda. beberapa metode atau kebiasaan baru dapat membantu seperti, membawa satu buku jenis apapun didalam tas anda, menaruh beberapa buku disamping tempat tidur agar dapat dibaca sebelum dan sesudah tidur, atau bisa juga dengan menjadwalkan waktu khusus untuk membaca.
Dengan gemar membaca dan menyebarkan kegiatan membaca anda dapat membantu bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.
Salam Literasi!
(Putri Puji Ayu Lestari-Mahasiswi IAIN Purwokerto dan Relawan Pustaka Rumah Kratif Wadas Kelir)