Categories
Berita

FTBM Ciamis dan Dishub Ciamis Selenggarakan Workshop Literasi Keselamatan

Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Kabupaten Ciamis bekerja sama dengan Dinas Perubungan Ciamis dan LPMP Sukahaji Waterboom menyelenggarakan kegiatan Workshop Pendidikan Dasar Etika Berlalu Lintas  di Sukahaji Waterboom Ciahurbeuti Ciamis pada Rabu 15/11.

Kegiatan Workshop Pendidikan Dasar Etika Berlalu Lintas ini diisi oleh pemateri  Tri Susilo Hidayati Dosen PKTJ Sekdis Dishub Kab, Ciamis dan dari perwakilan Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM) Kab Ciamis.

“Literasi dalam beretika lalu lintas sangat penting, karena dengan mengetahui etika dasar berlalu lintas, kita dapat meminimalisir resiko kecelakaan di jalan”. ujarnya.

Menurut Rossy Nurhayati, ketua FTBM Ciamis, kegiatan ini adalah kegiatan perdana sejak FTBM Kabupaten Ciamis dikukuhkan. Ia berharap melalui kegiatan ini dapat bersinergi antara FTBM dengan Dinas perhubungan dalam upaya sadar Etika berlalu lintas, sebagai salah satu upaya meliterasikan sadar berlalu lintas.

Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan perwakilan anggota dan pengelola TBM se-Kabupaten Ciamis. Setiap perserta mendapatkan bingkisan berupa bahan bacaan yang merupakan panduan  Dasar Etika Berlalu Lintas dari Dinas Perhubungan Kabupaten Ciamis.[]

Categories
Event Kabar TBM

Menebar Mimpi, Menyebar Ruang Baca

Agustus lalu, pada suatu sore berbagai pegiat literasi Enrekang berkumpul di sebuah Basecamp Literasi Galeri Macca.  Satu pesatu berdatangan dari Komunitas Literasi Massenrempulu (Kulimaspul), Taman Baca Masyarakat (TBM Sullung Pustaka, TBM Mareka), dan pegiat kopi (Macca Cafe, Majao Cafe dan Marasa Cafe). Sembari menikamti kopi dan menunggu hujan reda, kami sejenak menyusun strategi pemberangkatan menuju Dusun Nating, Desa Sawitto, Kecamatan Bungin, Enrekang.

Kami akan menyambangi Nating untuk keempat kalinya dari tahun-tahun yang telah berlalu. Membawa buku dan membikin pustaka kecil-kecilan untuk anak-anak Nating yang sedang menggantungkan cita-citanya pada buku. Perjalanan ini kami namai “Nating Untuk Indonesia: Wisata Literasi dan Kopi”. Sebab, Nating adalah dusun yang letaknya menjulang di kaki gunung Latimojong, ia dengan segar dan mudah menumbuhkan kopi. Oleh karena itu, selain kami berwisata literasi, juga berwisata kopi.

Sebelum malam tiba, semua perlengkapan yang dibutuhkan telah siap siaga. Komando pemberangkatan pun mulai terdengar dari satu Handy Talking (HT)  ke HT lainnya. Kami pun melaju menggunakan sepeda motor sejenis KLX, yang dibuntuti oleh sebagian kendaran matic. Kami melintasi jalan yang curam dan menanjak hingga membuat beberapa kendaraan tampak menjerit-jerit. Lajur kiri dan kanan terlihat terjal berjurang. Belum lagi, jalanannya tentu tak beraspal, melainkan hamparan bebatuan gunung dan dilapisi becek bekas guyuran hujan. Perjalanan itu kami tempuh kisaran 2-3 jam dengan hitungan roda yang selalu menanjak. Tanpa ada pertamina, bengkel dan lampu jalan. Sehingga kerap beberapa kendaraan kami kehabisan bensin dan mogok-mogokan.

Namun niat baik selalu tak terbantahkan. Kami tiba dengan selamat setelah melewati berbagai rintangan di jalanan. Akhirnya, kami pun menginjakkan kaki di dusun Nating. Mulanya kedatangan kami diapresiasi dengan secangkir kopi dan teh hangat. Kemudian selanjutnya kami diberi sambutan meriah oleh anak-anak dan penduduk yang ramah. Setelah sedikit merebahkan badan, kami memulai berkenalan dan bincang-bincang bersama Kepala Dusun Nating serta warga lainnya mengenai kegiatan-kegiatan yang akan kami lakukan hari ini dan esok.

Malam yang sangat dingin, di sullung bola (bawah rumah panggung), kami mengawali kegiatan dengan pemutaran film berjudul “ Di Timur Matahari”. Sebuah film yang bercerita bagaimana kehidupan anak-anak di wilayah yang terbatas (Timur Indonesia) berusaha menggapai mimpi-mimpinya. Awalnya, kami sempat mengalami kesulitan saat menyiapkan pemutaran film menggunakan LCD Projector, sebab tegangan arus listrik di Nating masih dibatasi di setiap rumah. Untungnya, kami telah menyiapkan genset untuk membantu kuatnya tegangan listrik pada perangkat elektronik lainnya. Sehingga acara pemutaran film tetap berlanjut dengan khidmat. Dengan wajah ceria, anak-anak pun mulai berdatangan. Begitu juga dengan orang-orang tua tampak antusias menikmati film sambil melilit-lilitkan sarung di lengannya. Tentunya, nobar (nonton bareng) ini ditemani dengan kopi hasil olahan petani Nating sendiri.

Selang beberapa menit menjelang usainya film, satu persatu dari mereka mulai ngantuk dan membubarkan diri.

Mimpi Nating, Mimpi Indonesia

Keesokan harinya, mentari menyapa Dusun  Nating dalam keadaan masih sangat dingin. Di depan rumah pak Kades yang kami huni, anak-anak sudah tampak gaduh menuju ke sekolah. Sebuah pemandangan eksotis bagi anak-anak Nating. Sesekali kami membandingkan dengan tampilan anak-anak sekolah di perkotaan atau daerah yang berkecukupan. Mungkin agak sedikit jauh, secara materi anak-anak Nating berani bernampilan dengan khasnya sendiri apa adanya. Ada yang menggunakan sepasang baju putih dan celana pramuka, atau pakaian sebolak-baliknya. Bagi mereka itu tidak jadi masalah. Yang masalah jika mereka tak mempunyai buku. Akan tetapi, apakah mungkin antusias mereka sudah bisa dikatakan mampu mengungguli mimpi dan ketekunan anak di luar sana, yang serba berkecukupan?  Entahlah, kami tidak terlau tahu menahu tentang itu. Alih-alih, tujuan utama kami ke Nating adalah untuk menebarkan mimpi dan menyebar ruang baca.

Sepagi itu pun kami berkemas menyusul anak-anak ke sekolah. Beberapa diantara kami kerap berteriak di kamar mandi lantaran tak mampu menahan dinginnya air.  Sebagian dari kami mempersiapkan  buku-buku yang akan dibawa ke sekolah.

Sebab, kami hanya bermukim sehari semalam, maka kami membagi beberapa kelompok untuk melaksanakan tugas masing-masing. Ada yang belajar dan bermain bersama anak-anak di sekolah (SDN 118 Nating), ada yang membuat pojok baca di rumah warga, dan ada yang melakukan praktek meracik kopi bersama warga menggunakan alat-alat kopi modern.

Di sekolah, sekalipun terik sangat menyengat, anak-anak tampak bermain dengan ceria. Begitu juga dengan para guru ikut berpartisipasi. Kami memberikan beberapa jenis permainan yang ringan. Memunculkan permainan ala klasik seperti permainan kucing dan tikus, tebak-tebakan, bernyanyi dan sebagainya. Agar mereka tetap antusias dalam bermain, di akhir kegiatan kami juga menjanjikan hadiah untuk mereka. Tak kala pentingnya, alat baca tulis lengkap tetap kita bagikan kepada semuanya tanpa terkecuali.

Di sisi lain, Tugas kami adalah mendirikan pojok baca. Kami menyambangi rumah warga yang sudah dipilih sebelumnya. Diantaranya rumah pak Kadus dan salah satu rumah warga yang letaknya strategis dijangkau oleh warga lainnya. Sedikit demi sedikit kami merangkai balok per balok menjadi sebuah rak buku. Rak itulah yang lami lekatkan di depan dinding rumah pak Kadus dan salah satu warga. Sepulang sekolah, anak-anak sudah memiliki akses perpustakaan mini di luar sekolah. Kini, mereka bebas membaca dan meminjam buku kapan pun yang mereka inginkan. Bahkan didampingi orang tua sekalipun di waktu senggang.

Selain itu, kegiatan kami lainnya adalah event meracik kopi bersama warga Dusun Nating. Sambil mengecap aroma kopi Nating, kami mencoba memperkenalkan hasil olahan kopi Nating yang diracik menggunakan peralatan modern ala barista. Satu persatu dahi warga tampak mengerut-ngerut kepahitan. Sebab menurut pak Kadus, sejauh ini warga Nating terkhususnya yang bertani kopi lebih memprioritaskan strategi pemasarannya. Mereka tak terbiasa dengan kopi tanpa gula. Oleh karena itu, kami berusaha menghadirkan aroma dan kenikmatan kopi Nating untuk warga.

Selang berjam-jam hingga menjelang senja, kegiatan tersebut pun usai. Kami sejenak istirahat dan berkemas-kemas untuk kembali. Kami memisahkan beberapa barang bawaan yang akan disumbangkan untuk warga Nating, seperti pakaian dan peralatan bermain untuk anak-anak. Sebelum kami beranjak dari Nating, kami menerima kesan dan pesan perpisahan dengan anak-anak dan warga.  Kami berharap agar anak-anak Nating juga mampu berkarya laiknya anak-anak sebayanya. Mereka juga berhak mengantungkan mimpi-mimpi mereka.

Nating!!!

“Luar biasa!” sontak para anak-anak sebagai salam perpisahan. Kami pun kembali mempersiapkan diri melintasi jalan pulang yang sama sebelumnya.

Dan cerita kami berlanjut setelah memutuskan untuk berkonvoi menyambangi desa selanjutnya. Desa Angin-Angin, sebuah desa yang berartefak surga.

#TBMStory2017 #SahabatLiterasi #relawanliterasi #forumtbm #gerakanliterasinasional #gerakanliterasilokal

*Penulis adalah pegiat Komunitas Literasi Massenrempulu (kulimaspul.com).

Categories
Event Kabar TBM

Bermimpi di Dalam Rumah #2

Kepengurusan Komunitas Rumah Impian diganti setiap 6 bulan sekali, guna meningkatkan kualitas relawan untuk menggerakkan Komunitas Rumah Impian. Hal tersebut juga memiliki alasan bahwa Komunitas Rumah Impian tidak berdiri sendiri. Antusias anak-anak semakin hari semakin meningkat dan semakin dekat dengan para relawan.

Saya sebagai relawan yang menemani Jul dari ide awalnya hingga saat ini berharap semoga Komunitas Rumah Impian dapat menginspirasi anak-anak, mahasiswa, dan masyarakat. Berawal dari mimpi ini pun dapat diwujudkan dengan iseng-iseng bertanggung jawab.

#TBMStory2017 #SahabatLiterasi #relawanLiterasi #forumtbm #gerakanliterasinasional #gerakanliterasilokal

Luhung Kawuryaning Pertiwi

Komunitas Rumah Impian, Purwakarta 

Categories
Event Kabar TBM

Bermimpi di Dalam Rumah #1

Mengabdi kepada masyarakat adalah kegiatan yang perlu diterapkan oleh seorang mahasiswa. Keresahan melihat mahasiswa yang lebih memilih menghabiskan waktu dengan smartphone daripada membaca mulai timbul oleh seorang mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta, beliau adalah Pravilian Panji Prastyo, biasa di sapa dengan panggilan Jul. Menurutnya, membaca akan menenangkan fikiran juga menambah wawasan, membaca pun akan mengantarkan kita menjadi pribadi yang menginspirasi. Ia juga pernah mengatakan suatu kalimat untuk mimpinya yang satu ini, “Iseng-iseng bertanggung jawab.” Salah satu warga masyarakat sekitar UPI Kampus Purwakarta pernah bercerita kepada saya bahwa masyarakat membutuhkan kegiatan yang bermanfaat bagi anak-anak, “Mengabdi lah di lingkungan sekitarmu terlebih dahulu sebelum kau menuju ke pedalaman.

Jul memiliki banyak mimpi, salah satu mimpinya yaitu membentuk Taman Baca Masyarakat untuk meningkatkan minat baca. Ia ingin memfokuskan tujuan dari TBM yang ingin ia bentuk yaitu untuk anak-anak. Nama TBM yang direncanakan adalah TBM Bumi Sawios. Jul mencoba mengajak mahasiswa UPI Kampus Purwakarta untuk mendirikan TBM. Ia pun menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa UPI Kampus Purwakarta sebagai ketua Divisi Pengabdian Pada Masyarakat. Beberapa pengurus BEM membicarakan terkait kegiatan mengabdi dari mahasiswa untuk meningkatkan minat baca anak. Hasil dari pembicaraan tersebut, akhirnya sepakat bahwa kegiatan untuk meningkatkan minat baca anak diberi nama “Rumah Impian”. Dengan beberapa pertimbangan, Rumah Impian merupakan sebuah komunitas di bawah naungan Divisi Pengabdian Pada Masyarakat, BEM UPI Kampus Purwakarta untuk meningkatkan minat baca anak, mengembangkan kreativitas anak melalui kegiatan-kegiatan bonus dari para relawan yang disebut juga Pecandu Literasi, dimana Pecandu Literasi akan menggerakkan Komunitas Rumah Impian dengan merancang dan menjalankan kegiatan-kegiatan baik untuk anak-anak di wilayah sekitar UPI Kampus Purwakarta, maupun untuk para relawan agar menjadi orang yang menginspirasi dan saling menguatkan satu sama lain.

Komunitas Rumah Impian resmi dibentuk pada tanggal 1 September 2016 berlokasi di Majelis Ta’lim di Jalan Sudirman, Gang Melati 1 RT 55 RW 06 Kelurahan Nagri Kaler, Kabupaten Purwakarta. Relawan dari Komunitas Rumah Impian adalah para mahasiswa UPI Kampus Purwakarta yang telah mendaftarkan diri menjadi relawan. Setelah ditentukan struktur kepengurusan dari Komunitas Rumah Impian, para relawan pun mengonsepkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk anak-anak dan para relawan.

Kegiatan yang telah disusun untuk anak-anak dengan jadwal setiap hari Sabtu pukul 9 pagi hingga 11 siang yaitu:

  • Giat Soleh-SolehahKegiatan ini merupakan kegiatan awal dimana anak-anak membaca iqro’ yang dibimbing oleh para relawan, kemudian anak-anak dan para relawan membaca surat-surat pendek.
  • SenamKegiatan ini merupakan kegiatan awal dimana anak-anak dan para relawan senam gembira. Relawan mempersiapkan lagu untuk senam. Biasanya senam yang dilakukan yaitu senam pinguin, chicken dance, baby shark dance, dan senam untuk TK juga SD.
  • Membaca YukKegiatan ini merupakan kegiatan setelah Giat Soleh-Soleha dan Senam. Anak-anak memilih buku yang ingin mereka baca, para relawan mendampingi anak-anak. Dalam kegiatan ini juga anak-anak dibimbing dalam kelancaran membaca.
  • Bermain YukKegiatan ini merupakan kegiatan akhir sebelum anak-anak pulang. Biasanya kegiatan ini diisi dengan pijat-pijat sambil bernyanyi, bermain permainan sederhana seperti bermain pengelompokan, bermain pohon-tupai, bernyanyi lagu Naik Delman sambil memperagakan gerakan sederhana, dan sebagainya.
  • Sinau InggrisPara relawan mempersiapkan permainan yang mana terdapat unsur pembelajaran bahasa Inggris, misalnya bernyanyi “If You Happy” sambil menari bersama-sama.
  • Berkarya dengan OrigamiPara relawan membentuk kelompok yang terdiri dari 5 anak, satu kelompok terdiri dari 2 relawan dan 5 anak. Para relawan mengajak anak-anak untuk melipat origami menjadi sebuah bentuk. Hasil tersebut dibebaskan oleh anak bahwasanya anak dapat membawa pulang karyanya.
  • Belajar DramaPara relawan memperkenalkan jenis-jenis ekspresi kepada anak-anak melalui permainan, misalnya permainan mengekspresikan gambar yang ditunjuk oleh relawan.
  • Cooking FunPara relawan mempersiapkan alat dan bahan. Kemudian anak-anak dibentuk menjadi beberapa kelompok, para relawan membimbing anak-anak untuk membuat roti.
  • Drawing FunPara relawan mengajak anak-anak untuk membentuk kelompok. Biasanya kegiatan ini bermacam-macam, yaitu menggambar bebas, menggambar dengan pola awal angka-angka, dan sebagainya.
  • Mencari Jejak SampahPara relawan mengajak anak-anak untuk jalan-jalan sekitar Gang Melati sambil mengambil sampah di sekitarnya. Anak-anak juga belajar membedakan sampah organik dan anorganik.
  • Nonton Bareng (NOBAR)Para relawan menampilkan film anak-anak tentunya film kartun dimana film tersebut yang memiliki nilai moral. Setelah film tersebut selesai, anak-anak mencoba menjelaskan intisari dari film tersebut.
  • Wisata SeniAnak-anak berkeliling dan belajar seni ke stand yang telah disiapkan oleh para relawan, dimana stand tersebut terdiri dari stand musik, stand dongeng, dan stand seni rupa.
  • Berpetualang Para relawan dan anak-anak jalan-jalan ke museum Purwakarta.

Sedangkan program yang telah disusun untuk para relawan yaitu:

  • BANG JALI (Bareng-bareng Jogging ala Pecandu Literasi)Para relawan jogging bersama kemudian bermain permainan kekompakan yang dibagi menjadi 2 kelompok.
  • LiliwetanPara relawan memasak makanan khas Sunda yaitu Nasi Liwet dan Asin. Kemudian makan bersama dan berbincang-bincang mengenai dunia literasi.
  • Hayu Meet UpPara relawan berkumpul untuk mempersiapkan kegiatan anak-anak, mempersiapkan kegiatan untuk para relawan, juga program unggulan. Kegiatan ini juga kegiatan berbagi cerita tentang perjalanan selama di Komunitas Rumah Impian.
  • UpgradingPara relawan berkumpul dan menginap di suatu tempat. Selama berada di tempat tersebut terdapat berbagai kegiatan dan permainan untuk meningkatkan wawasan literasi dan mengikat tali silaturahmi.

Komunitas Rumah Impian memiliki program unggulan untuk meningkatkan kualitas seluruh relawan Rumah Impian. Program unggulan Rumah Impian yaitu Temu Komunitas, Ekspedisi Literasi, dan Lapak Baca. Temu Komunitas adalah kegiatan silaturahmi antara TBM dan Komunitas di Kabupaten Purwakarta. Ekspedisi Literasi adalah kegiatan pengenalan literasi ke pedalaman dengan membawa buku bacaan anak-anak. Lapak Baca adalah kegiatan membuka tempat membaca untuk masyarakat umum dimana relawan menyediakan buku-buku bacaan.[]