Ada prediksi bahwa pada tahun 2021 akan terjadi rebound pertumbumbuhan ekonomi. Namun tak dapat dimungkiri, ketidakpastian masih relatif tinggi di tahun 2021 terkait perkembangan pandemi Covid-19.
Ketidakpastian, kebingungan dan keadaan darurat yang diakibatkan oleh virus corona dapat menjadi stressor bagi banyak orang. Ketidakpastian kapan wabah akan berakhir berdampak pada hampir semua sektor, termasuk pendidikan dan aktivitas masyarakat terutama anak-anak di area publik dan tempat ibadah.
Salah satu imbasnya adalah aktivitas literasi di TBM (Taman Bacaan Mayarakat) yang pastinya menimbulkan tantangan tersendiri bagi pengelolanya untuk tetap beraktivitas. Memasuki tahun 2021 tantangan terbesar bagi TBM adalah bagaimana tetap beroperasi menghadirkan tempat membaca dan aktivitas literasi lainnya yang menyenangkan, aman dan nyaman bagi masyarakat dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Berkaitan dengan wabah pandemi Covid yang tampaknya belum kelar di tahun 2021 mengharuskan pengelola berpikir ulang, mengatur strategi bagaimana menghadirkan TBM sebagai alternatif mengisi waktu terutama bagi anak-anak untuk tetap berliterasi.
Mampukah pengelola dan pegiat literasi untuk beradaptasi, berkolaborasi dan menghadirkan banyak inovasi. Menggali dan merevitalisasi sumber bacaan dan nilai budaya lokal lewat aktivitas literasi yang aman dan menyenangkan. Menyediakan layanan yang inovatif, bukan hanya membaca saja, tapi kegiatan interaktif lainnya dengan tetap meperhatikan protokol kesehatan.
Kesadaran bahwa berdasarkan riset Kemendikbud Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) pada tahun 2019 di Indonesia masih tergolong rendah dengaan angka 37,32%. Dari 16 indikator untuk menghitung hasil riset ini, masyarakat yang memiliki budaya untuk memanfaatkan taman bacaan masih tergolong rendah (1,03).
Belum lagi tantangan pengelola TBM untuk upaya sinergi dan kolaborasi, mencari dukungan dunia usaha dan industri (DUDI) membantu penambahan koleksi buku dan pemenuhan akses terhadap bahan-bahan literasi melalui dana tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR). Tak dapat dipungkiri, ketersediaan bahan bacaan yang baik dan bermutu tentu menjadi prioritas penting dalam meningkatkan mutu taman bacaan yang dikelola.
Segala upaya menghadirkan program-program inovatif yang diinisiasi penggiat literasi dengan dibantu banyak pihak termasuk pemerintah. Mengembangkan potensi dan kapasitas pengelola dan penggiat dalam membuat TBM yang dikelola tetap menarik dan menjadi alternatif kegiatan literasi mengasyikkan sesuai sumber daya yang dimiliki saat ini. Memfasilitasi anak-anak yang lebih asyik menggunakan gawai dan berinternet ria dibandingkan dengan membaca buku cetak. Memperkenalkan tokoh sastra, membaca karya sastra yang ada, mencoba berbagai aktivitas membaca dan menulis yang lebih mengasyikkan untuk mengimbangi aktivitas game online dan asyik sendiri dengan media sosial.
Tantangan TBM di tahun 2021 masih berkutat dalam upaya mengajak setiap orang, siswa, masyarakat dan keluarga untuk menjadikan aktivitas membaca, menulis dan berliterasi sebagai perilaku positif dan diharapkan kedepannya menjadi budaya bagi setiap warga Indonesia. Upaya menjadikan TBM yang dikelola sebagai TBM kreatif-rekreatif. Sebagai pusat kegiatan literasi yang edukatif, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta melibatkan masyarakat secara aktif dan memberikan dampak positif bagi masyarakat secara lebih luas.
Memberikan layanan atau aktivitas pengembangan budaya baca dan literasi dasar lainnya dengan tetap memperhatikan potensi daerah, budaya dan kemampuan pegiat literasi. Untuk memenuhi hal ini, dibutuhkan penyegaran, pembimbingan dan pendampingan bagi lebih banyak pegiat literasi yang kreatif dan peduli. Bahkan tantangan pandemi bukan dianggap sebagai kendala, justru memicu semangat memberikan layanan dan memperluas jangkauan pengabdian, melakukan aksi di berbagai bidang pengembangan 6 literasi dasar (literasi baca tulis, literasi numerik, literasi sains, literasi finansial, literasi digital serta literasi budaya dan kewargaan)
Semoga bermanfaat
Salam