Keresahan tidak semata-mata lahir dari perubahan yang besar, melainkan kebiasaan sehari-hari atau hilangnya keanekaragaman hayati yang ada di sekeliling kita. Seperti sudah tidak ditemukannya kunang-kunang, suara katak, serta binatang lain yang semula dekat dengan kita, sekarang hilang dan anak cucu hanya mengetahuinya dari buku-buku ensiklopedia. Betapa mengerikan hidup di lingkungan yang seperti itu. Taman Bacaan Masyarakat di Jombang hadir dan berusaha memecahkan keresahan yang ada di masyarakat.

Apa yang terpikir ketika mendengar nama Jombang? Yang akan terlintas ketika mendengar Jombang pasti pesantren serta Gus Dur, Presiden Indonesia ke-4.

Jombang memang terkenal dengan pesantren, dapat dibilang sebagai kota santri. Banyak cendekiawan muslim lahir dari Jombang seperti Abdurrahman Wahid, Hasyim Asy’ari, Wahid Hasyim, Nurcholis Madjid, serta budayawan Emha Ainun Najib. Serta tidak ketinggalan nama yang tidak asing di telinga, selalu ada dan sering disebut dalam pelajaran sejarah era tahun 80-90an yaitu Semaun, salah satu tokoh Partai Komunis Indonesia.

Para tokoh-tokoh yang disebutkan tadi, banyak melahirkan pemikiran serta gagasan yang brilian untuk kemajuan bangsa Indonesia. Sejak sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang. Spirit itu ditangkap oleh seorang perempuan muda atraktif dan penuh semangat yaitu Wiwik Subandiyah.

Lewat gerakan literasi Wiwik mendirikan TBM Alam Riang tahun 2013, tepatnya di Dusun Kedung Banteng, Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang.

Banyak yang Wiwik lakukan bersama suaminya Catur Setyo Nugroho dalam mengembangkan kegiatan literasi di kampungnya. Seperti layanan baca buku, peminjaman buku, hingga memberikan ruang edukasi dalam pelestarian lingkungan.

Advokasi Lingkungan Melalui Literasi Sains

TBM Alam Riang lebih fokus pada edukasi dan pelestarian lingkungan. Mulai dari sampah, flora, fauna, hingga polusi yang ditimbulkan dari sisa kendaraan maupun kepulan asap pabrik.

Wiwik yang semula bekerja di BUMD, memutuskan untuk keluar dari tempatnya bekarja guna membangun TBM Pesantren Alam. Karena banyak hal yang harus diedukasi terkait pelestarian lingkungan. Oleh karena itu, Wiwik banyak bermitra dengan sekolah, terutama sekolah dasar  dalam mengedukasi anak-anak terkait lingkungan melalui literasi sains.

Keresahan bermula muncul dari sudah tidak adanya kunang-kungan di lingkungan tempat tinggalnya. Di mana sebenarnya lingkungan tempat tinggalnya adalah habitat dari kunang-kunang, yaitu kebun dan pesawahan. Hilangnya kunang-kunang disinyalir dari banyaknya penggunaan pupuk pestisida, menghilangkan keanekaragaman hayati.

Maka dari keresahan itu pula muncul visi dari TBM Alam Riang yaitu tumbuhnya generasi hijau yang berbudaya literasi, berkarakter, dan mandiri. Dengan misi meningkatkan minat baca masyarakat, mengeksplorasi kearifan budaya lokal, menjadikan masyarakat kreatif serta mandiri.

TBM Alam Riang juga memiliki kebun yang cukup luas. Di kebun tersebut kegiatan multiliterasi dilangsungkan melalui metode pengajaran teks dan konteks (outing).

Wiwik bersama suaminya mengajarkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada anak-anak dengan riang gembira. Dengan mengajak anak-anak ke kebun, di mana anak-anak belajar tidak hanya yang tertulis dalam buku, melainkan langsung dari alam.

Menjadi Kampung Literasi Alam Riang

Hasil dari ketekunan mengelola TBM, tahun 2021 TBM Alam Riang mendapat kepercayaan dari Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia menjadi Kampung Literasi Pesantren Alam.

Ruang lingkup dari kampung literasi tentu semakin besar serta eksesnya semakin luas dan banyak terhadap masyarakat. Salah satu yang dikembangkan adalah pojok baca.

Ada 10 pojok baca di Kampung Literasi Alam Riang. Pojok baca disebar di sekolah juga di masyarakat dengan mengangkat 6 literasi dasar sebagai tema di setiap pojok baca. Seperti misalnya pojok baca literasi sains, maka di pojok baca tersebut dikembangkan program-program mengenai literasi sains. Begitu pula di pojok baca literasi finansial dan lain sebagainya.

Ke-10 pojok baca yang dikembangkan melalui Kampung Literasi Pesantren Alam tentu terintegrasi dengan TBM Pesantren Alam. Di mana setiap beberapa bulan sekali selalu ada diskusi serta evaluasi terkait program di setiap pojok baca. Hal ini dilakukan untuk saling menyemangati, juga melihat sejauh mana efektif tidaknya program yang dijalankan di setiap pojok baca.

Harapan dari Kampung Literasi Pesantren Alam adalah dapat mengubah kebiasaan anak-anak dalam berburu burung. Perlahan melalui kegiatan Wiwik serta relawan lain menjelaskan bahwa pentingnya burung terhadap tanaman, serta keberlangsungan keanekaragaman hayati.

Wiwik Subandiyah dengan program edukasi dan pelestarian lingkungan berhasil mengintegrasikan dengan 6 kemampuan literasi melalui pojok baca di Kampung Literasi Pesantren Alam.

Nama Wiwik tidak sebesar Gus Dur atau Emha, namun spirit yang diperlihatkan Wiwik dalam memajukan literasi di Jombang lewat TBM Alam Riang maupun Kampung Literasi Pesantren Alam sama dengan tokoh tersebut. Bahkan dapat melebihi.

TBM Pesantren Alam hingga sekarang bermitra dengan 16 sekolah setingkat sekolah dasar di Jombang. Hal ini tentu capaian yang luar biasa untuk Taman Bacaan Masyarakat. Serta sudah tentu menjadi inspirasi yang luar biasa untuk TBM lain yang ada di Indonesia.

Multiliterasi pada konteks TBM Alam Riang menjawab tantangan abad 21 dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi situasi, gagasan, dan informasi untuk menyampaikan tanggapan dan solusi. Kemampuan untuk mengangankan dan merancang cara baru yang inovatif untuk mengatasi masalah, menjawab pertanyaan atau mengungkapkan makna melalui penerapan, sintesis atau beradaptasi dengan tujuan pemerolehan pengetahuan yang beragam.

Juga kemampuan bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan bersama, termasuk kemampuan untuk mencegah dan mengelola konflik lewat kolaborasi. Serta kemampuan komunikasi yang baik antara kita (penyedia layanan) dengan pembelajar dalam mendengarkan, memahami, menyampaikan, dan mengontekstualisasikan informasi secara verbal, nonverbal, visual, maupun tertulis. Sehingga memuncuklan karakter yang baik, tangguh, dan percaya diri.