Categories
Artikel Opini

TBM Sebagai Ruang Pemulihan Pembelajaran Melalui Literasi Dini

Oleh. I Ratih*

Literasi dini adalah kebutuhan utama anak-anak masa kini. Salah satu alasannya adalah perkembangan zaman yang menuntut anak terpapar penggunaan gawai sejak mereka balita. Diyakini bahwa jika anak sudah mengenal literasi baca-tulis sejak dini, akan semakin cepat mempelajari lingkungan di mana mereka hidup.

Namun, sebelumnya kita perlu memahami terlebih dulu apa yang dimaksud dengan literasi dini. Menurut Kemdikbud (2016) literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. Literasi dini itu sendiri merupakan kemampuan anak usia dini untuk membaca, menulis, dan berhitung. Literasi dini juga bisa diartikan sebagai kemampuan memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan tutur.

Saat ini, masih ada tiga pendapat utama yang beredar di masyarakat. Pendapat pertama menyatakan bahwa literasi (baca, tulis, hitung atau calistung) sama sekali tidak boleh dilakukan di jenjang PAUD (kelompok bermain maupun taman kanak-kanak). Pendapat kedua mendorong masuknya kegiatan literasi sebagai bagian pembelajaran untuk menyiapkan anak ke jenjang pendidikan berikutnya, yaitu sekolah dasar. Pendapat ketiga menyarankan pengenalan literasi harus tetap dilakukan melalui kegiatan yang menyenangkan.

 

Dari Suka Menuju Bisa

Melalui obrolan santai bersama beberapa guru KB/TK, orang tua siswa, maupun siswa di salah satu sekolah yang terletak di Klaten, Jawa Tengah, ada beberapa poin menarik seputar literasi dini. Poin tersebut antara lain: literasi dini sebaiknya dimulai dari hal yang sederhana dan menyenangkan, memberikan stimulasi kepada anak secara terus-menerus, dan terlibat dalam kegiatan literasi bersama anak. Intinya adalah anak akan mampu berliterasi saat dia menyukai kegiatan literasi.

Masing-masing anak memiliki potensi dalam diri mereka, yang harus dikembangkan sesuai kodrat alam dan kodrat zaman, sebagaimana tercetus dalam pemikiran luhur Ki Hajar Dewantara. Kodrat alam anak adalah bermain dan melakukan hal-hal menyenangkan agar bisa memaknai belajar. Kodrat zaman anak masa kini adalah menggunakan teknologi untuk membantu mereka mengembangkan potensi. Dari sini semakin terlihat benang merah pentingnya pengembangan literasi dini secara menyenangkan dengan penggunaan gawai sesuai perkembangan zaman.

Rata-rata anak tidak akan menyukai kegiatan literasi dini jika mereka langsung dipaparkan dengan simbol-simbol huruf dan gabungan huruf tanpa makna. Namun, beda cerita jika mereka dikenalkan dengan huruf, kata, dan kalimat melalui cerita yang dekat dengan keseharian maupun gambar yang menarik perhatian mereka. Anak-anak akan merasa lebih terhubung.

Perlu disadari juga bahwa negara kita terkenal akan budaya bertutur/bercerita. Kegiatan bercerita ini sangat membantu anak menikmati indahnya berliterasi sambil meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca, menulis, dan berbicara. Penyampaian ajaran seputar moralitas, sopan santun, dan nilai-nilai luhur budaya juga akan tersampaikan dengan lebih baik melalui kegiatan bertutur. Kaitannya dengan literasi dini adalah kegiatan seperti ini akan membuat anak suka, menjadi penasaran, belajar, menuju bisa membaca, menulis, dan berbicara lebih lancar. Terlebih jika kegiatan ini dilakukan bersama orang terdekat atau teman sebaya.

Akan tetapi, kadang kesibukan orang tua dan lingkungan tempat tinggal tidak memungkinkan anak-anak untuk mendapatkan stimulasi literasi. Hal ini menyebabkan sekolah menjadi satu-satunya ruang dimana anak bisa mengenal seperti apa literasi dini itu. Disinilah peran Taman Bacaan Masyarakat menjadi penting.

 

Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Ruang Pemulihan Pembelajaran

Beraneka kegiatan dibesut oleh Forum Taman Bacaan Masyarakat untuk memulihkan pembelajaran dan pengenalan literasi dini. Salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan adalah Muhibah Dongeng, yaitu program yang memungkinkan anak-anak bertemu dengan para pendongeng secara daring. Dalam acara ini, para pendongeng yang kebanyakan merupakan pengelola maupun relawan Taman Bacaan Masyarakat, berinteraksi langsung dengan anak-anak dari Taman Bacaan Masyarakat yang berperan sebagai tuan rumah.

Berdasarkan data terakhir, sudah ada 19 kegiatan Muhibah Dongeng yang melibatkan 95 kontributor, 54 TBM tuan rumah, dan ratusan pemustaka cilik sebagai penikmat acara. Bahkan pada Muhibah Dongeng spesial Hari Guru dan Hari Anak yang digelar pada 19 November 2022 lalu, ada 4 sekolah (KB/TK) yang turut berpartisipasi sebagai tuan rumah. Meskipun dilaksanakan secara daring, anak-anak tetap bisa berpartisipasi aktif dalam acara.

Melalui survei diperoleh data bahwa semua sekolah merasa senang dengan adanya program ini dan peserta didik yang terlibat juga antusias mengikuti acara. Anak-anak menjadi lebih penasaran dengan cerita-cerita yang dituturkan. Mereka mampu memahami cerita dan penasaran pula untuk bisa membaca cerita. Selain itu, mereka juga ingin mengikuti acara ini lagi.

Melalui program ini, tampak bahwa pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada anak adalah suatu kebutuhan mutlak. Sehingga, pembelajaran yang masih berpusat pada guru atau buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar perlu mulai digeser dengan inovasi baru. Salah satunya dengan melibatkan budaya bertutur/bercerita.

Melihat kebutuhan akan ruang pemulihan pembelajaran ini, Taman Bacaan Masyarakat berinovasi lagi melalui program Komida TBM. Komunitas Menulis Dongeng Anak Indonesia TBM mengajak para pengelola/relawan TBM untuk menulis cerita-cerita, baik dari cerita rakyat yang semula dituturkan menjadi bentuk tulisan, maupun kisah-kisah baru yang sarat akan pembelajaran sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Cerita-cerita yang telah menjadi pengetahuan eksplisit ini diharapkan kembali menjadi pengetahuan tacit, melalui proses internalisasi, dengan cara menuturkannya dalam kegiatan Muhibah Dongeng.

Saat ini sudah ada 40 partisispan Komida TBM yang mengikuti 3 workshop daring dalam kawalan mentor-mentor penulis seperti Kak Yostiani Noor dan Kak Darmawati Majid. Pada tahun 2023, Komida TBM akan lebih memfokuskan tujuan untuk membantu TBM menjadi ruang pemulihan pembelajaran dengan menyediakan cerita-cerita yang berpusat pada kearifan lokal dan dekat dengan kehidupan anak. Harapannya, cerita-cerita ini bisa digunakan sebagai pengantar belajar, sehingga anak-anak akan lebih menikmati proses literasi dini dan pembelajaran mereka di sekolah maupun di rumah menjadi lebih bermakna.

Untuk lebih mendukung kuatnya literasi dini, program membaca bersama juga akan diluncurkan oleh Forum Taman Bacaan Masyarakat. Dengan diluncurkannya kegiatan ini, diharapkan literasi dini dengan fokus membaca akan lebih dapat dinikmati oleh pemustaka muda di manapun karena terlaksana juga secara daring. Tidak hanya membaca nyaring, tetapi juga membaca untuk memahami dan mengambil nilai pembelajaran. Praktik baik ini diharapkan menjadi jembatan bagi tercapainya pembelajaran yang lebih menyenangkan, berfokus pada anak, dan bermakna sesuai kodrat alam dan zaman.

Bukan tidak mungkin jika dalam waktu dekat data UNESCO yang menyatakan bahwa minat baca orang Indonesia yang hanya 1 banding 1.000 ini bisa meningkat menjadi 100 banding 1.000 atau bahkan 500 banding 1.000. Membuat anak menyukai kegiatan literasi dini dan menyediakan bahan serta cara menyenangkan berliterasi melalui TBM bisa jadi adalah sebuah solusi emas menuju tercapainya generasi emas.

*Koordinator Komida, TBM KuDa

Leave a Reply