Kreativitas tanpa batas, dipaksa agar terbiasa, terbiasa agar menjadi budaya. Ya, semua itu sebagai tantangan dan pembelajaran yang kami terima disini.

Kali ini, kreativitas akan kami tuangkan dalam pembelajaran sore sekolah literasi. Tepatnya hari minggu, segerombol anak-anak usia SD dengan pakaian rapi ditambah semerbak wangi layaknya akan berangkat sekolah pagi hari, datang menghampiri saya saat tengah bertugas jaga di TBM Wadas Kelir. Pembelajaran sebenarnya masih akan dimulai 30 menit mendatang, karena saat itu waktu baru menunjukkan pukul 15.30 menit. Wah, betapa semangatnya mereka ini, saya sangat salut pada mereka.

Sebelum pembelajaran, saya harus meninggalkan mereka untuk menuju kamar dan menunaikan kewajiban saya. Ya, karena pada hari Minggu  lah jadwal saya mendampingi mereka belajar. Setelah usai menunaikan kewajiban, selintas saya melihat cover buku sket, jenisnya seperti kertas karton yang berada di depan sajadah saya dengan posisi tergeletak, saya letakkan kertas itu di rak buku saja, ternyata setelah saya amati ada beberapa kertas semacam yang tersempil di deretan buku-buku dilemari saya. Saya mencoba mengumpulkannnya dan ternyata mendapatkan lumayan banyak cover bekas. Dan mungkin ini harus saya manfaatkan untuk pembelajaran sore ini.

Malam sebelumnya di daerah kami, tontonan wayang kulit bertakjub mewah terselenggara, disinilah saya ingin membuat wayang bersama dengan anak-anak sekolah literasi dengan memanfaatkan kertas-kertas bekas dan barang bekas lainnya.

Seperti biasa, sebelum pembelajaran dimulai, read aload akan menjadi mukadimah. Dan anak-anak setelahnya akan saya minta untuk mewarnai tokoh kartun laki-laki dan tokoh perempuan. Sepertinya, raut wajah mereka terkesan kurang senang saat saya instruksikan untuk mewarnai. Namun, saya bawa sebuah contoh yang akan mereka buat.  Ya, wayang-wayang suka-suka. Kenapa suka-suka, karena kami membuatnya sesuka hati kita, kami tuangkan warna-warna sesuka hati kami.

Setelah jadi wayang suka-suka, tiba-tiba salah satu anak asyik memainkan sendiri tokoh wayang yang telah ia buat tadi, layaknya seorang dalang kecil yang lihai menggerakan anggota tubuh dari wayang sambil bercerita. Ternyata anak-anak yang lain juga ikut bergabung dan ikut memainkan tokoh-tokohnya. Cerita apa yang sedang mereka bawakan? Setelah saya dengar, ternyata cerita dari buku yang menjadi pembuka sebelum pembelajaran tadi. Mereka masing-masing memainkan satu tokoh dari cerita buku tadi. Tanpa adanya kesepakatan untuk memainkan tokoh-tokoh, ternyata mereka menguasai semua tokoh yang mereka dengar tadi. Bahkan mereka memadukan cerita yang mereka buat dengan cerita yang dari buku secara sepontanitas. Mereka sangat menikmati ceritayang mereka buat, sampai berlari-larian dan kumandang maghrib yang menghentikan mereka untuk bermain peran wayang suka-suka.

 

(Cesilia Prawening, Relawan Pustaka Wadas Kelir, Mahasiswa IAIN Purwokerto).