Sekarang lagi pada heboh ngomongin kids zaman now vs kids zaman old. Sebenernya saya sendiri bingung istilah ini datangnya dari mana, tapi setiap mengakses media sosial pasti bakal nemuin status, caption, dan tagar berisi istilah tersebut. Well, saya tidak akan mengajak kalian pusing mikirin asal muasal istilah tersebut datangnya dari mana, karena pasti bakal panjang dan harus pusing (lagi) karena bakal ketemu istilah-istilah lain dan tentunya baru yang tidak diketahui dari mana asalnya. Mengacu pada Istilah tersebut sebenarnya kita sedang berbicara tentang perbedaan anak masa kini vs anak tempoe doeloe, nah loh? istilah baru lagikan? Ya, bukanlah. Ngomongin perbedaan kedua anak beda zaman tersebut pasti banyak, tapi kita akan fokus pada satu perbedaan yaitu mendongeng.

Gengs, untuk kids zaman old mendongeng merupakan kegiatan paling asik yang dilakukan setiap orang tua khususnya para bunda dalam menemani anaknya menjelang tidur. Namun, saat ini eksistensi kegiatan mendongeng cenderung makin memudar. Banyak para orang tua yang mulai enggan mendongeng untuk anak-anaknya, karena lebih memilih untuk menghibur anaknya melalui tontonan TV yang kadang kurang “mendidik” atau menyodorkan gadget sebagai alternatif hiburan. Duh, kasihan ya nasib kids zaman now?.

Padahal manfaat mendongeng untuk anak sangatlah banyak seperti mempererat hubungan anak dan orang tua, mendidik anak untuk berimajinasi, serta mengoptimalkan perkembangan psikologis dan kecerdasan anak secara emosional. Aktivitas mendongeng atau tradisi bertutur adalah salah satu kebudayaan tertua di Indonesia. Sebagai sebuah Negara yang terdiri sekitar 17.000 pulau, 1.128 suku bangsa, dan 746 bahasa, Indonesia memiliki ribuan cerita rakyat yang tentunya keren dan mengajarkan nilai-nilai positif berupa pesan moral yang disampaikan melalui dongeng tersebut. Tapi, saat ini kita mulai merasakan identitas bangsa kita mulai menjauh dari nilai-nilai budaya asli bangsa Indonesia yang penuh dengan aspek nilai moral dan keluhuran budi pekerti. Jika kita melihat lebih jauh tentang kondisi anak yang sudah jarang tersentuh dengan aktivitas mendongeng ini, mereka cenderung mengalami krisis imajinasi. Mereka ingin menjadi sosok yang mereka lihat, bukan yang mereka bayangkan. Ngerinya lagi karena mendapatkan role model yang salah akibat banyaknya tontonan yang tidak mendidik, beberapa anak kadang berprilaku tidak selayaknya anak seusia mereka, seperti pacaran, bulliying, balap liar, dan prilaku menyimpang lainnya. Sehingga, Tak dapat dipungkiri jika mendongeng harus digiatkan kembali agar menjadi sarana tuntunan moral pembentukan karakter generasi muda penerus bangsa yang mengalami krisis imajinasi ini.

Buat kids zaman now yang bilang mendongeng kurang kekinian, itu gak bener gengs. Mendongeng sampai kapanpun tetaplah menjadi aktivitas yang paling wajib dibudayakan khususnya oleh para orang tua. Namun, buat para orang tua yang mungkin memiliki kesibukan untuk mendongeng kepada buah hatinya tak perlu khawatir, karena ditengah surutnya aktivitas mendongeng saat ini Indonesia kehadiran banyak penggiat literasi. Mulai dari TBM, Lembaga, maupun komunitas literasi. Dari yang diam di tempat hingga keliling bergerak menyambangi masyarakat secara langsung. So, kalaupun kita jarang didongengin di rumah, saat ini kita bisa menjumpai banyak penggiat literasi yang siap mendongeng, plus dibawain buku juga yang bisa kita baca dan pinjam, kalau harus beli tu buku gak kebayang deh mahalnya. Wah, beruntungnya jadi kids zaman now.

Saat ini, saya sendiri tengah aktif menggiatkan program literasi di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu melalui komunitas Muda Berkarya. Nah, mendongeng merupakan salah satu kegiatan yang kita giatkan. Biasanya dongeng kita laksanakan diberbagai kesempatan, baik kepada pengunjung rumah baca, maupun perpustakaan keliling. Selanjutnya, kita juga rutin mendongeng dalam kegiatan Taman Baca Muda Berkarya (TBMB) pada setiap Minggu pagi di gelaran Car Free Day (CFD) di Lapangan Setia Negara, Rejang Lebong, Bengkulu.  Pada Aktivitas mendongeng, Muda Berkarya melibatkan seluruh anggotanya untuk berperan aktif sebagai pendongeng. Selain itu mereka juga dibantu oleh para pelajar, mahasiswa, di Kabupaten Rejang Lebong yang tergabung sebagai relawan Muda Berkarya.

Digulirkan sejak tahun 2016 lalu, kegiatan Taman baca muda berkarya memang menjadi wadah edukasi baru bagi masyarakat Rejang Lebong, Bengkulu. para pengunjung yang hadir didominasi oleh anak-anak, namun kalangan remaja hingga dewasa juga cukup antusias berkunjung ke TBMB. Gengs, buat kalian semua yuk kepoin Instagram @mudaberkarya16 kita berbagi keseruan dan saling berkenalan. Salam Literasi!